Lihat ke Halaman Asli

Daud Ginting

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Apakah DeepSeek Bakal Jadi Musuh Bersama

Diperbarui: 7 Februari 2025   17:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Screenshoot aplikasi DeepSeek di perangkat Android (Foto Pribadi)

Akhir-akhir ini tiba-tiba banyak negara membatasi akses DeepSeek ke komputer dan smartphone (gawai) milik pemerintah, khususnya oleh badan pertahanan dan kementerian luar negeri beberapa negara. Pembatasan antara lain terjadi di Australia, India, Perancis, Irlandia, Italia dan Korea Selatan.

Kehebohan pembatasan, dan kekuatiran terhadap DeepSeek berbanding terbalik dibandingkan saat kehadiran teknologi AI (Artificial Intelligence)  seperti Chatt GPT, Gemini dan Meta AI yang merupakan sama-sama platform kecerdasan buatan yang fokus pada bahasa memahami dan menghasilkan teks mirip dengan manusia.

Secara umum semua aplikasi kecerdasan buatan itu hampir mirip, sebagai alat saling tanya jawab. Pengguna memasukkan spesifik pertanyaan ke kolom chat, kemudian chatbot memberikan rangkuman sebagai jawaban atas perintah yang diberikan sesuai dengan topik.

Lalu, kenapa kehadiran DeepSeek merupakan chatbot AI besutan perusahaan teknologi asal Tiongkok, DeepSeek Company bagaikan momok menakutkan dan arahnya seakan dijadikan musuh bersama sebagaimana sikap Presiden Amerika Donald Trump sesaat setelah dilantik di periode keduanya memandang sinis terhadap kehadiran DeepSeek.

Donald Trump bicara tentang rencana kebijakan pemerintahannya memperketat ekspor chip AI ke China, dan curiga bahwa China memperoleh Chip AI, khususnya produk Nvidia lewat jalan tidak resmi. 

Kehadiran DeepSeek dianggap sebagai penyebab penurunan signifikan nilai saham perusahaan teknologi Amerika, terutama Nvidia. Hal ini merupakan indikator betapa dahsyatnya potensi ancaman teknologi China terhadap dominasi Ameriak di bidang teknologi, oleh karena itu akan dibuat kebijakan atau langkah tegas memastikan Amerika tetap sebagai pimpinan pasar di bidang teknologi digital, terutama teknologi Artificial Intellegence.

Sikap keras Donald Trump ini selaras dengan karakter dasar kepemimpinan Amerika Serikat selama ini yang selalu memandang diri mereka sebagai negara kelas atas, super power, dan memiliki kemampuan hegemoni. Kemudian kali ini Donald Trump punya ambisi untuk mengembalikan Amerika sebagai pemimpin dunia terdepan (amerika first 2024) di tengah kecenderungan semakin menguatnya kerjasama politik dan ekonomi multilateral di berbagai kawasan yang berorientasi kerjasama intensif dengan China dan Rusia.

Tidak dapat dipungkiri slogan Amerika First yang dipilih Donald Trump sebagai narasi utamanya selama kampanye Pilpres Amerika mampu menyedot popularitas dan elektabilitasnya, karena sesungguhnya isinya adalah "trade policies", kebijakan perdagangan, yang berorientasi kepada mengutamakan keuntungan bagi perusahaan Amerika, serta sebagai salah satu cara mengatasi defisit perdagangan yang dialami Amerika selama ini.

Lalu apakah negara seperti Korea Selatan, Australia, India dan Perancis mengkuatirkan kehadiran DeepSeek karena memiliki cara pandang sama dengan yang dilakukan pemerintah Amerika ?

Menarik menyimak apa yang dikatakan Kim Jong Hwa, Guru Besar Departemen Kecerdasan Buatan Universitas Cheju Halla, Korea Selatan. Pada intinya beliau mengatakan, ditengah meningkatnya persaingan antara Amerika Serikat dan China,"faktor politik" bisa saja mempengaruhi reaksi terhadap DeepSeek. Dari sudut pandang teknis, model AI seperti Chatt GPT juga menghadapi banyak masalah keamanan yang belum sepenuhnya ditangani. Kompas, Jumat, 07/02/2025.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline