Dalam analis dan strategi politik, ada adagium berbunyi "Siapa menguasai Pulau Jawa maka akan menguasai Indonesia". Khususnya untuk konteks pertempuran elektoral partai politik, pendapat ini ada benarnya, karena jumlah pemilih terbesar berada di Pulau Jawa.
Maka wajar, partai politik yang mampu memperoleh suara terbesar di Pulau Jawa diprediksi akan jadi partai pemenang pemilu.
Menelisik hasil rekapitulasi perolehan sementara KPU, sampai awal bulan Maret 2024, PDI Perjuangan masih menempati posisi teratas perolehan suara di Pulau Jawa.
Walau PDI Perjuangan hanya unggul di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogjakarta, namun perolehan suaranya tidak terpaut jauh dengan keunggulan partai lain di Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jakarta dan Banten.
Hanya saja, di kedua wilayah ini, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Jogjakarta kemenangan PDI Perjuangan berjarak lumayan jauh dengan partai lain.
Khusus untuk Provinsi Jawa Tengah ada kecenderungan penurunan perolehan suara PDI Perjuangan di Pileg 2024 dibandingkan hasil Pileg 2019, namun PDI Perjuangan masih tetap mampu mempertahankan posisi nomor satu di Jawa Tengah yang selama ini juga merupakan basis massa pemilih PDI Perjuangan.
Penurunan ini ditenggarai karena memang wilayah pemilihan Provinsi Jawa Tengah sebagai wilayah penyumbang suara terbesar bagi PDI Perjuangan dijadikan partai lain sebagai sasaran tembak bersama, dan PDI Perjuangan dijadikan musuh bersama dengan tujuan u menggerogoti perolehan suara PDI Perjuangan.
Konon lagi, setelah Joko Widodo memilih berpisah dengan PDI Perjuangan dan kemudian bergabung mendukung pasangan Capres Prabowo Subianto, Joko Widodo ditenggarai mendukung penyerangan terhadap Jawa Tengah ini, khususnya untuk mengembosi suara PDI Perjuangan.
Namun keberuntungan masih tetap menghinggapi PDI Perjuangan hingga tetap sebagai partai terunggul di Jawa Tengah dengan perolehan suara mencapai 27 persen.
Partai Golkar yang diharapkan sebagai mesin penghancur PDI Perjuangan ternyata hanya mampu memperoleh suara di kisaran 12 persen, sedangkan PSI yang diketuai oleh anak sulung Joko Widodo hanya mampu meraih suara sebesar 3 persen.