Flexing adalah dimengerti sebagai sikap suka "Pamer", atau sering juga dianggap dengan "Narsis".
Belakangan ini diskursus mengkritik sikap "Flexing" jadi buah bibir, muaranya mencibir penampilan anak seorang pejabat yang dipandang suka memamerkan kekayaan dan harta benda mahal, seperti mobil mahal dan motor gede (moge).
Apakah sikap flexing dianggap sangat buruk dan mesti di cemooh ?
Sebenarnya, sejauh sikap seperti itu tidak mengganggu dan merugikan orang lain tidak jadi masalah, karena sesuai dengan hirarki kebutuhan memang adakalanya seseorang sudah berada pada posisi mengaktualisasikan diri dan ingin memperoleh pengakuan dan penghargaan lewat cara menunjukkan keberhasilannya, misalnya memperlihatkan harta benda sebagai simbol kesuksesan.
Itulah memang salah satu sisi unik dan paradoks manusia, memiliki banyak jenis kebutuhan. Tidak hanya memiliki kebutuhan fisiologis berupa makan dan minum cukup atau sandang pangan, tetapi butuh juga pengakuan sosial.
Kebutuhan manusia itu ternyata serba kompleks, dan rumit, serumit mendefinisikan siap siapa sesungguhnya manusia itu, dan ironisnya manusia sendiri belum paripurna mendefinisikan dirinya sendiri.
Munculnya kontraversi dan pandangan sinis terhadap perilaku seseorang yang suka melalukan flexing, menggambarkan bahwa cara pandang dan kebutuhan manusia tidak dapat diseragamkan, jadi harus dipahami bahwa manusia itu sangat multidimensional.
Walaupun demikian, sikap sinis dan kritik terhadap orang yang suka melakukan flexing wajar dilakukan apabila orang tersebut melakukan flexing tidak dengan cara yang tepat, terjadi manipulasi, atau tidak wajar.
Anak seorang pejabat ASN (Aparatur Sipil Negara) jika memamerkan kekayaan dan kemewahan hidup memang akan mengundang pandangan sinis dari masyarakat, karena kekayaan dan kemewahan yang dimilikinya tidak wajar jika dilihat dari besaran gaji atau penghasilan seorang pegawai negeri.
Keluarga pegawai negeri yang pamer kekayaan justru menimbulkan persepsi publik yang negatif, karena kekayaannya itu diduga dari hasil uang haram atau korupsi.