Beberapa waktu lalau, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyampaikan ke pers, perlawanan terhadap oligarki jadi salah satu sebab deklarasi Koalisi Perubahan tertunda. Pihaknya tak ingin ada keterlibatan pemodal besar dalam koalisi. Oligarki politik adalah penyakit demokrasi di Indonesia (Kompas.com, 10/11/2022).
Hal ini disampaikan Mardani Ali Sera berkaitan dengan gagalnya deklarasi Capres Anies Baswedan oleh koalisi tiga partai, Nasdem, Demokrat dan PKSyang sebelumnya direncanakan dilakukan 10 November 2022.
Bicara tentang keterlibatan pemodal besar atau oligarki dalam perhelatan pemilihan umum, terutama dalam Pilpres (pemilihan presiden) sangat menggelitik, dan menarik sebagai bahan permenungan.
Disatu sisi,Etis serta sangat ideal antipati atas kehadiran para pemodal (bohir) dalam pencalonan seorang presiden. Karena bakal menimbulkan konflik interest dikemudian hari. Selaras dengan adagium berbunyi "No Free Lunch", tidak ada makan siang gratis.
Disisi lain, mungkinkah kontestasi pemilihan presiden dengan sistem pemilihan langsung yang identik sangat liberal, mengikuti mekanisme pasar tidak butuh uang dalam jumlah besar ?
Itulah sebuah dilema yang menyelimuti dinamika kehidupan demokrasi Indonesia saat ini. Peran uang dalam pemilihan umum tidak nampak secara kasat mata tetapi dapat dirasakan, bagaikan bunga Rafflesia Arnoldi, bunga langka, indah dipandang, tapi ber- aroma bau busuk.
Bunga Rafflesia Arnoldi juga sering disebut denga nama "Bunga Bankai". Pemilik modal dalam pemilu di Indonesia sering disebut sebagai "Bohir". Berasal dari bahasa Belanda "bouwheer" berarti "kontraktor", terdiri dari kosa kata "bouwen"berarti membangun dan "heer" berarti tuan.
Dalam bahasa Indonesia, dalam perhelatan pemilu pemilihan presiden, khususnya pemilihan kepala daerah, istilah Bohir lajim disebut merujuk pada pemberi uang untuk modal bertarung dalam kontestasi pemilihan umum.
Pemberian dana oleh pemilik modal untuk biaya kampanye kepada kandidat yang bertarung dalam pemilihan umum sering dilakukan secara terbuka maupun sembunyi-sembunyi. Hal ini bukan hanya terjadi di Indonesia, di Amerika perusahaan-perusahaan besar sering memberikan dukungan (pledge) pada calon tertentu dengan harapan suatu saat akan memperoleh kemudahan dapat proyek jika kandidat menang.
Selain disebut sebagai bohir, pemilik modal yang membiayai kandidat dalam pemilu sering juga disebut sebagai Cukong, berasal dari bahasa Hokkien. Arti harfiahnya pemimpin, ketua atau bos besar.
Sebutan Cukong dikenakan kepada pengusaha-pengusaha pemilik perusahaan besar. Kata Cukong identik dengan orang yang turut serta berkomplot melakukan kejahatan kecurangan sehingga miliki konotasi negatif, karena dikaitkan dengan sekelompok orang berduit melakukan praktek bisnis kotor dan koalisi berarti kerjasama rahasia atau persekongkolan.