Dahlan Iskan, nama tidak asing lagi bagi masyarakat, kiprahnya sebagai salah satu tokoh nasional sering mengundang perhatian, kadang bertindak di luar kelajiman, sehingga terkesan mendobrak kebiasaan lama yang ada. Ketika menjadi Direktur Utama PLN, ucapan dan tindakannya sering mengundang perdebatan hangat karena memang sering melawan arus, demikian juga setelah terpilih menjadi Menteri BUMN banyak tindakannya dianggap “unik” dan menawarkan inspirasi. Semua yang dapat dilihat secara kasat mata itu merupakan gambaran Dahlan Iskan memiliki gaya kepemimpinan berbeda dibandingkan dengan yang terjadi umumnya.
Perbedaan itu menjadikan Dahlan Iskan memiliki nilai lebih, mampu menjadi pusat perhatian dan potensial mendapat pengagum, sehingga memiliki selling point jika ikut maju mencalonkan diri menjadi bakal calon Presiden Indonesia. Keunggulan komperatif ini menjadi daya tarik menimbulkan keinginan untuk mencalonkan dirinya menjadi kandidat Presiden bukan oleh dirinya sendiri, tetapi banyak juga pihak lain yang memiliki niat yang sama untuk mendorongnya maju mencalonkan diri.
Fenomena ini merupakan peristiwa yang wajar saja terjadi, karena selaras dengan hukum permintaan dan penawaran dalam ilmu ekonomi, harus mempertimbangkan variable nilai jualproduk dan intensitas permintaan daya beli, dalam konteks ini Dahlan Iskan sudah merupakan pigur memiliki daya jual tinggi dan daya terima masyarakat juga cenderung meningkat. Maka wajar jika banyak pihak memiliki kepentingan untuk mendorongnya maju mencalonkan diri menjadi calon Presiden. Karena Dahlan Iskan saat ini sangat “seksi” untuk diusung dalam kompetisi pemilihan calon presiden.
Memiliki gaya dan tindakan “Unik” dan “Seksi” ini menimbulkan inspirasi dan mengundang daya tarik bagi konstituen atau publik, merupakan potensi besar untuk mampu mendapat dukungan dan perolehan suara signifikan. Keunikan Dahlan Iskan ini menjadi merek (brand) jual yang layak dijual atau ditawarkan dalam proses pencalonan dirinya, dan mesti di maintenance dengan baik karena memang itulah yang membuad dirinya memperoleh dukungan besar.
Namun perlu dicermati bahwa untuk bisa selalu berbuat unik, dalam arti mampu selalu bertindak membuat perbedaan (differensiasi) biasanya hanya bisa berlangsung jika mampu melakukan sesuatu hal berbeda dengan apa yang sedang mapan terjadi dan mampu melawan arus, sehingga posisinya semestinya menjadi penantang (Chalengger) kemapanan nilai-nilai yang tengah ada. Jabatan Dahlan Iskan sebagai menteri BUMN menjadikannya sebagai bagian tidak terpisahkan dari linkaran kekuasaan yang sedang berlangsung dan membuat dirinya mennjadi bagian dari nilai-nilai yang sedang terpelihara dalam rezim kekuasaan yang sedang memimpin dewasa ini. Kondisi ini membuat Dahlan Iskan tidak bisa dengan leluasa berekspresi melakukan differensiasi melahirkan hal-hal unik untuk bisa tetap menunjukkan eksistensinya.
Selama ini secara kasat mata dapat dilihat Dahlan Iskan sering melakukan tindakan-tindakan lain dari yang lain, melakukan kebijakan yang berbeda dengan apa yang sedang terjadi menjadi keunikan tersendiri untuk meneguhkan jati diri dan brand-nya, misalnya tindakannya yang tiba-tiba turun ke pintugerbang jalan tol memberi kesempatan leluasa kepada setiap kenderaan yang sedang antri untuk menembus hambatan yang disebabkan antrian panjang ketika melakukan pembayaran. Sikap dan Tindakan Dahlan Iskan ini mampu merebut pusat perhatian dan menjadi bahan pembicaraan hangat bagi public, dan Dahlan Iskan semakin terkenal serta mendapat apresiasi tinggi, lembaga survey juga mempublikasikan bahwa Dahlan Iskan memiliki rating tinggi untuk menjadi calon presiden masa depan.
Namun tindakan-tindakan Dahlan Iskan yang mampu menyedot pusat perhatian dan pembicaraan itu tidak berlangsung lama, bahkan terkesan dilakukan tidak konsisten dan cenderung berbentuk sporadis. Ironisnya, tindakan perubahan yang ingin dilakukan Dahlan Iskan nampak tidak berlangsung panjang, bahkan upaya perubahan atau penentangan yang dilakukannya terkesan tidak ada tindak lanjutnya, berjalan di tempat dan buntu. Inilah resiko yang dihadapi jika melakukan perubahan dari dalam objek yang ingin di rubah, mengalami tantangan berat dan cenderung lambat terjadi, bahkan tidak mustahil akan mengalami kegagalan jika atmosfir dan kultur yang ada tidak mendukung. Dahlan Iskan tidak ubahnya bagaikan tenggelam dalam arus kemapanan nilai-nilai buruk yang terjadi dan terpelihara dengan baik.
Dalam konteks ini, apa yang dilakukan Dahlan Iskan selama ini dalam kerangka berkeinginan melakukan perubahan bagaikan terbentur pada tembok besar yang menyebabkan dirinya terhalang untuk maju lebih jauh, konsekuensinya Dahlan Iskan tidak bisa melakukan terobosan-terobosan baru yang akan mampu menunjukkan keberadaannya, untuk melakukan diferensiasi sebagai upaya meningkatkan nilai lebih pigurnya sebagai modal untuk ditawarkan sebagai bakal calon presiden mengalami degradasi.
Ketidak leluasaan ini dapat dilihat dengan jelas selama ini, sehingga wajar jika akhir-akhir ini jarang muncul tindakan unik yang dilakukan oleh Dahlan Iskan, sebagai orang timur yang memiliki perasaan tenggang rasa tinggi dan sangat menghargai serta memiliki rasa hormat yang tinggi kepada atasan dan rekan sejawat menambah sekat-sekat yang menjadikan Dahlan Iskan semakin tidak mampu lebih kreatif menghasilkan pemikiran dan tindakan lebih baru. Pandangan ini tidak terlalu berlebihan, karena jika Dahlan Iskan bersikeras tetap melakukan tindakan yang mengarah kepada membongkar nilai-nilai yang sedang mapan saat ini justru akan menjadikan Dahlan Iskan mendapat pandangan sinis dari lingkungannya bahkan bisa jadi dianggap melawan kebijakan dan tidak menghargai pimpinan tertinggi.
Tidak dapat di pungkiri bahwa untuk bisa tampil menjadi calon pemimpin yang memiliki nilai lebih dengan pemimpin yang sedang berkuasa, seseorang itu memang harus mampu membuat perbedaan besar. Bukan merupakan rahasia umum lagi bahwa dalam dunia politik banyak calon pemimpin berhasil menjadi pimpinan alternatif setelah mampu melakukan perbedaan atau diferensiasi dengan pemimpin sebelumnya. Bahkan tidak jarang melejit pamornya karena mampu melakukan perlawanan atau setidak-tidaknya bisa menempatkan dirinya sebagai pihak yang seakan-akan teraniaya. Masyarakat Indonesia sangat terkenal memiliki sikap gampang simpati terhadap orang-orang teraniaya, masih segar dalam alam pikiran kita bahwa Susilo Bambang Yudhoyono melejit namanya menjadi pigur calon presiden karena banyak pihak menganggapnya teraniaya oleh ucapan almarhum Taufik Kiemas. Pihak SBY kemudian mampu meng-create kesan teraniaya ini sebagai selling point sehingga mampu memutar balikkan kenyataan dengan menenggelamkan sikap SBY yang justru ada menganggap tidak fair play, tidak ada memiliki niat baik permisi kepada pimpinannya untuk mencalonkan diri jadi presiden.
Untuk melakukan perlawanan terhadap pimpinan yang tengah berkuasa sepertinya mustahil dilakukan oleh Dahlan Iskan, dan sikap seperti itu bagaikan “panggang jauh dari api” jika kita cermati sikap dan tindakan Dahlan Iskan selama ini yang dapat terlihat secara kasat mata. Bahkan cenderung terlihat bahwa Dahlan Iskan justru berupaya memposisikan dirinya sebagai bagian yang terpisahkan dari lingkaran kekuasaan yang sedang ada saat ini, dan memiliki rasa hormat yang tinggi terhadap pimpinan.
Beberapa hari lalu, Dahlan Iskan tiba-tiba terus terang mengungkapkan bahwa sesungguhnya dia memiliki niat untuk maju menjadi salah satu bakal calon presiden yang akan ikut bertarung dalam pilpres 2014, dan hal niatnya itu direncanakan melalui mengikuti proses konvensi yang dilaksanakan partai demokrat. Dengan jujur Dahlan Iskan mengakui mesti terlebih dahulu menulis surat kepada Susilo Bambang Yudhoyono untuk memastikan mendapat izin dan dukungan, artinya Dahlan Iskan bersedia maju jadi calon presiden dan ikut konvensi partai demokrat jika mendapat restu dari SBY dan menurut Dahlan Iskan SBY dan Partai Demokrat sudah memintanya maju ikut konvensi partai demokrat.
Berita tentang meminta izin atau diminta untuk ikut konvensi partai democrat oleh Dahlan Iskan ini memang menimbulkan tanga tanya, debatable, karena di satu sisi ada kesan Dahlan Iskan terkesan yang meminta izin untuk maju mencalonkan diri, di sisi lain ada anggapan bahwa Dahlan Iskan hanya mau maju jika SBY dan Partai Demokrat yang meminta. Apakahini juga bagian dari gaya dan sikap keunikan Dahlan Iskan ?
Akhir-akhir ini media Jawa Pos Grup memberitakan, Selasa 20 Agustus 2013, Dahlan Iskan di suatu kesempatan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda menegaskan bahwa dirinya ikut penjaringan calon presiden dari perahu partai demokrat, dan Partai democrat sudah memintanya sejak empat bulan lalu, untuk memastikannya Dahlan mengirim surat kepada Susilo Bambang Yudhoyono selaku ketua umum partai. Dalam surat tersebut ditegaskan bahwa Dahlan Iskan mengatakan, tidak mau menjadi peserta konvensi jika ada tiga hal : pertama dukungan dan rating kepadanya rendah, kedua tidak mendapat dukungan dari SBY dalam arti bukan Dahlan Iskan yang meminta dicalonkan, dan yang terakhir, tidak ada tokoh yang di hormati, yang memiliki segala kelebihan darinya yang juga menjadi peserta konvensi. Kemudian Dahlan melanjutkan,”Perkembangan terakhir, rating saya naik terus. Pak SBY juga meminta. Tinggal apakah tokoh yang say maksud tadi mendaftar atau tidak. Minggu lalu tokoh itu berkata kepada saya bahwa dia tidak maju dan mendorong saya yang harus maju.” ( Harian Belitong Ekspres, 22 Agustus 2013)
Membaca berita ini, ada tersirat kesan bahwa Dahlan Iskan mempunyai keraguan dalam menentukan sikapnya untuk mengikuti konvensi yang akan dilaksanakan partai democrat, yaitu tidak mampu menunjukkan jati dirinya sebagai seorang yang memiliki potensi besar dan mempunyai kemampuan yang unik untuk tampil beda dengan orang lain. Hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang dapat kita kenal dari dalam diri Dahlan Iskan selama ini, maka muncul pertanyaan "apa gerangan yang sedang terjadi dalam diri Dahlan Iskan" ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H