Lihat ke Halaman Asli

Daud Ginting

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Jokowi Sasaran Tembak Peluru Baru

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menjelang memasuki putaran kedua pemilihan gubernur Jakarta yang akan dilaksanakan pada bulan September 2012 yang akan datang suhu atmosfir politik Jakarta akan semakin panas dan akan dipenuhi dengan berbagai adu strategi dan taktik dari kedua belah pihak calon gubernur yang akan berlaga pada putaran kedua ini.

Sengitnya kompetisi diantara kedua pasangan ini dalam putaran kedua yang dianggap sebagai tahap pemungkas menentukan siapa yang berhak menjadi Gubernur Jakarta terpilih merupakan suatu hal yang lumrah mengingat ajang pemilihan Gubernur Jakarta memiliki nilai prestisius dan mempengaruhi eksistensi partai-partai politik besar yang mengusung ataupun yang kemudian ikut bergabung mendukung salah satu calon.

Selain pemilihan Gubernur Jakarta dianggap sebagai sebuah barometer untuk mengukur elektabilitas partai-partai politik dan menguji efektifitas perputaran roda organisasi partai, pemilihan gubernur Jakarta kali ini tidak terlepas dari perspektif konstelasi politik nasional yang sedang berjalan, yaitu kompetisi antara Partai Pendukung Pemerintah versus Partai Oposisi.

Partai politik yang mendukung Foke-Nara dapat dikategorikan sebagai kumpulan partai-partai politik yang selama ini mendukung pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan yang mendukung pasangan Jokowi-Ahok merupakan partai politik oposisi.

Kompetisi antara penguasa dan oposisi ini menjadi sebuah "Test Case" atau ujian yang menantang dan menarik bagi partai-partai politik yang memiliki perolehan suara signifikan pada pemilihan umum legislatif yang lalu, dan ajang pemilihan gubernur Jakarta kali ini juga dianggap sebagai uji coba pemilihan umum yang akan datang.

Oleh karena itu maka wajar jika pada putaran kedua yang segera akan berlangsung suhu kompetisi diantara kedua kubu akan berada dalam persaingan sangat ketat. Kedua belah pihak akan berupaya sekuat mungkin memenangkan calon yang diusungnya dengan mempergunakan bermacam-macam cara, strategi dan taktik. Maka dikuatirkan akan muncul beberapa strategi yang tidak edukatif serta mengarah kegerakan yang dipandang tidak sportif, bahkan menjurus kepada sikap menghalalkan segala cara.

Strategi atau  taktik yang dipandang bernilai minus ini semestinya tidak terjadi di pemilihan Gubernur Jakarta karena Jakarta merupakan kampung besar yang dihuni oleh sebagian besar para elit politik nasional, orang yang dianggap memiliki pendidikan mumpuni, masyarakat yang menjadi pola anutan bagi masyarakat daerah dan yang terpinting Jakarta adalah barometer politik nasional.

Apa yang terjadi di Jakarta akan menjadi asupan yang mudah menjalar ke ruang pemikiran masyarakat daerah dan menjadi contoh yang paling gampang menyebar bagaikan virus kealam pemikiran masyarakat daerah, oleh karena itu kita sangat berharap atmosfir politik pemilihan Gubernur Jakarta akan dapat memberikan nuansa "pembelajaran" bagi seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Pada putaran pertama pemilihan Gubernur Jakarta yang baru saja berlalu ada satu "pembelajaran penting" dan menarik sebagai bahan perbandingan serta mampu meretas kebekuan pemikiran yang berkembang selama ini, yaitu kemenangan Jokowi dianggap sebagai sebuah fenomena baru, dan merupakan sebuah pelajaran berarti bagi semua masyarakat Indonesia.

Selama ini masyarakat telah diselimuti oleh sikap apatis terhadap praktek kehidupan politik nasional yang dianggap tengah berjalan tidak sebagaimana mestinya harapan masyarakat, para politisi dan khususnya partai politik dipandang hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya, partai politik khususnya dinilai tidak mampu melahirkan calon pemimpin baru dan partai politik dianggap sebagai motor utama yang melestarikan oligarki, yaitu mendukung dan membela segelintir orang untuk menguasai jagat kehidupan politik dan ekonomi berdasarkan kemampuan kekuasaan dan kekuatan uang.

Keberhasilan pasangan Jokowi sebagai pemenang dalam putaran pertama pemilihan gubernur Jakarta dianggap masyarakat sebagai sebuah cahaya baru dan harapan baru terbukanya pintu munculnya calon-calon pemimpin yang berasal dari luar lingkaran kekuasaan yang selama ini dianggap telah mapan, dan hanya dari serta untuk kepentingan mereka sendiri. Angin segar ini telah berhembus kencang keseluruh penjuru pelosok daerah dan menjadi salah satu fenomena yang hangat diperbincangkan serta menjadi harapan yang diinginkan dapat juga terjadi di daerah masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline