Sebuah organisasi yang sukses harus bisa beradaptasi dengan lingkungan, membutuhkan sumber daya yang baik, dan dapat beroperasi secara efisien (Katz & Kahn, 1978). Di sini dibutuhkan juga seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi dengan beberapa cara, termasuk memutuskan strategi yang tepat, mengatur sumber daya manusia, dan sistem manajemen, serta mengatur struktur organisasi yang baik. Penentu kinerja organisasi terkait erat dengan pengambilan keputusan bagaimana meningkatkan kinerja. Maka pemimpin harus memahami trade-off sebagai potensi yang harus dimiliki dalam dirinya (Gupta, Smith, & Shalley, 2006; He & Wong, 2004; Yukl, 2008).
Berikut ini adalah sembilan pedoman penting yang harus diperhatikan dalam kepemimpinan kepala sekolah, sehingga dengan strategi yang ada diharapkan dapat meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang dipimpinannya.
Pertama: Tentukan tujuan dan prioritas jangka panjang.
Sulit untuk membuat rencana strategis tanpa mengetahui tujuan yang ingin dicapai dan prioritas relatifnya. Tujuan jangka panjang dan prioritas harus didasarkan pada visi dan misi sekolah. Sasaran strategis untuk lembaga pendidikan dapat mencakup peningkatan keterampilan pembelajaran, mempersiapkan siswa untuk karir tertentu di masa yang akan datang, dan meningkatkan jumlah siswa yang lulus dengan kualitas yang baik, bukan hanya secara akademik tetapi juga unsur penting lainnya, terutama berkarakter baik.
Kedua: Pelajari apa yang dibutuhkan dan diinginkan klien dan pelanggan (orang tua atau masyarakat).
Penting untuk mempelajari sebanyak mungkin tentang kebutuhan dan persyaratan khusus dari orang tua atau masyarakat dan apa yang mereka pikirkan tentang hal positif yang akan mereka dapatkan dari sekolah. Seorang kepala sekolah perlu menemukan apa yang disukai oleh orang tua dan masyarakat, apa yang tidak mereka sukai, dan apa yang dapat ditingkatkan dari pelayanan mereka. Sebagai sumber informasi, maka dibutuhkan survei pasar dan juga kontak pribadi dengan klien. Selain itu perlu ada kerja sama dengan pihak lain, misalnya dengan melakukan studi banding ke beberapa sekolah yang berkualitas (Peters & Austin, 1985).
Ketiga: Pelajari tentang produk dan aktivitas pesaing.
Pengetahuan tentang produk dan layanan pesaing memberikan dasar untuk mengevaluasi produk dan proses diri sendiri (proses yang disebut pembandingan), dan memberikan sumber ide yang baik tentang cara memperbaikinya. Mempelajari tentang produk pesaing dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain membandingkannya sendiri, melakukan pengujian produk komparatif, membaca evaluasi yang dilakukan oleh tim supervisi atau akreditasi (intern dan ekstern) atau lembaga pemerintah, meminta orang tua atau masyarakat secara langsung membandingkan output organisasi dengan pesaing (sekolah pembanding), mengunjungi fasilitas pesaing, atau membaca literatur periklanan pesaing.
Keempat: Menilai kekuatan dan kelemahan saat ini.
Perencanaan strategis difasilitasi oleh evaluasi yang komprehensif dan obyektif dari kinerja saat ini dalam kaitannya dengan tujuan strategis dan dibandingkan dengan kinerja pesaing. Bandingkan produk atau layanan sekolah dengan produk atau layanan pesaing (sekolah pembanding) untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan. Bandingkan efisiensi proses sekolah dengan efisiensi untuk organisasi serupa. Identifikasi sumber daya berwujud yang saat ini memberikan keunggulan dibandingkan pesaing, seperti aset keuangan, peralatan dan fasilitas unik, dan paten atas produk atau teknologi yang digunakan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Identifikasi kondisi yang memberikan keuntungan, seperti biaya operasional yang rendah, karyawan dengan keterampilan yang relevan, dan reputasi kualitas atau layanan pelanggan yang luar biasa. Identifikasi kelemahan serta kekuatan, dan perkirakan berapa lama kekuatan dan kelemahan saat ini kemungkinan besar akan berlanjut.
Kelima: Identifikasi kompetensi inti.
Kompetensi inti adalah pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan jenis aktivitas tertentu (Barney, 1991). Tidak seperti sumber daya berwujud, yang habis saat digunakan, kompetensi inti meningkat saat digunakan (Prahalad & Hamel, 1990). Kompetensi inti biasanya melibatkan kombinasi keahlian teknis dan keterampilan aplikasi.
Keenam: Evaluasi kebutuhan untuk menentukan strategi dalam suatu perubahan besar.
Salah satu tanggung jawab terpenting kepala sekolah adalah membantu menafsirkan peristiwa dan menentukan apakah sekolah memerlukan strategi yang berbeda atau hanya perbaikan tambahan dalam strategi yang sudah ada. Dalam menghadapi suatu perubahan, pemimpin tidak perlu mempertahankan strategi lama yang sudah usang. Namun, mengusulkan strategi yang berbeda dengan strategi saat ini, juga akan berisiko jika tidak dipertimbangkan dengan baik. Strategi baru mungkin tidak diperlukan jika kinerja yang lemah disebabkan oleh kondisi atau masalah sementara dalam mengimplementasikan strategi saat ini.
Ketujuh: Identifikasi strategi yang menjanjikan.
Jika perubahan besar dalam strategi diperlukan, lebih baik memulai dengan menjelajahi berbagai strategi yang mungkin. Terlalu cepat memfokuskan perhatian pada satu strategi yang kurang jelas akan menghalangi menemukan strategi yang lebih baik. Kadang-kadang perlu untuk mendefinisikan kembali misi sekolah dengan memasukkan aktivitas baru yang relevan dengan lingkungan dan kompetensi inti sekolah.
Kedelapan: Evaluasi kemungkinan hasil dari sebuah strategi.
Sebuah strategi harus dievaluasi dalam kaitannya dengan konsekuensi yang mungkin terjadi untuk pencapaian tujuan utama. Konsekuensi yang relevan mencakup manfaat dan biaya bagi berbagai pemangku kepentingan dalam organisasi. Sulit untuk meramalkan konsekuensi dari perubahan strategis, terutama ketika pesaing dapat menyesuaikan strategi mereka sendiri untuk mengatasi perubahan kita. Sejumlah prosedur telah dikembangkan untuk menilai kemungkinan respons pelanggan terhadap output atau layanan baru (survei pasar, grup fokus, uji coba output di lokasi atau pasar tertentu).