Lihat ke Halaman Asli

Hendrikus Dasrimin

TERVERIFIKASI

Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Pesan Paskah 2023: Makin Peduli pada Sesama dan Alam Ciptaan

Diperbarui: 9 April 2023   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kubur kosong (Dokumen Pribadi)

Gereja kembali merayakan Paskah untuk mengenang kebangkitan Yesus Kristus. Bagi umat Katolik, Paskah merupakan puncak imam hidup kristiani. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menegaskan bahwa jika Kristus tidak bangkit maka sia-sialah iman para pengikut-Nya. 

Para penginjil menekankan kisah kebangkitan sebagai visualisasi pengalaman batin dan otentisitas peristiwa kebangkitan itu sendri tidak terlalu dipentingkan berdasarkan fakta kejadiannya. Kebangkitan Yesus lebih bersifat metahistoris. Artinya bahwa iman akan kebangkitan harus lebih daripada hanya sekadar sebuah catatan sejarah.  

Walaupun secara pancaindra, kebangkitan Yesus tidak disaksikan oleh manusia, namun iman akan kebangkitan yang awalnya ada dalam diri para murid membuat mereka berani bersaksi bahwa Kristus sungguh-sungguh bangkit. 

Rasul Petrus, mantan nelayan yang buta huruf itu, tampil dengan kesaksian yang mempesona, mewartakan bahwa Yesus masih hidup bersama mereka (bdk Kis 10-41) dan itu nyata di dalam peristiwa-peristiwa penampakan dan makan bersama mereka. Keyakinan bahwa Yesus bangkit dan tetap hidup bersama mereka sedemikian berpengaruh terhadap kehidupan pribadi mereka, sehingga ditantang dengan maut sekalipun mereka tak pernah mundur.

Keyakinan yang sama ini dapat kita temukan pula di dalam Kolose 3:1-4. Bagi Paulus, mengimani Yesus yang bangkit berarti telah mati bersama Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, dan dibangkitkan bersama Kristus berusaha untuk memperoleh hal-hal bernilai abadi, yang disurga. Mengimani Kristus yang bangkit berarti mau mengikuti Yesus mulai dari Betlehem sampai ke Golgota.

Hal inilah yang mendorong Paulus untuk mewartakan Kristus yang hidup, dan bukan Kristus yang mati, ke mana saja ia pergi. Paulus mematikan manusia lamanya untuk mengenakan manusia baru di dalam Kristus.

Rasul Yohanes mengawali pewartaan tentang kebangkitan Kristus dengan melukiskan sebuah kisah tentang "Kubur kosong" yang diberitakan oleh Maria Magdalena (lihat Yoh 20:1-2). Maria Magdalena masih berpikir dalam dunianya sendiri, maka ia belum mampu memahami peristiwa yang dihadapinya. Malah ia mengira Yesus dicuri orang. Maria Magdalena baru percaya bahwa Yesus Bangkit pada saat ia mendengar "Sabda".

Menurut rasul Yohanes, kebangkitan Yesus baru mempunyai arti kalau kita "melihat" dan "percaya". Maksudnya ialah bahwa seluruh hidup Kristus harus menjadi "perhatian" kita. Yesus yang berdoa mencari kehendak Bapa, Kristus yang memperhatikan orang-orang kecil dan menderita, Kristus yang menderita sengsara, wafat dan bangkit dan kita pun harus menyerahkan diri kepadaNya.

Hanya dengan demikian hidup Kristus akan menjadi landasan yang bernilai bagi kehidupan kita, seperti yang dialami oleh "murid yang dicintai Yesus". Penghayatan seperti ini sudah dijalankan oleh para rasul. Mereka sudah menaruh perhatian yang besar kepada Yesus Kristus dengan jiwa dan raga mereka, sehingga mereka memperoleh titik terang untuk memahami nilai kebangkitan.

Berdasarkan "kepercayaan" para rasul itulah maka Paskah merupakan titik terang bagi kita. Namun titik terang itu harus dijadikan "perhatian", bila kita mau mengambil nilai daripadanya. Karena jika tidak, maka Paskah Kristus hanya menjadi suatu kisah biasa yang hanya didengar lalu selesai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline