Umat Katolik mengawali Hari Raya Paskah dengan Perayaan Kamis Putih sebagai pembuka Tri Hari Suci. Perayaan Kamis Putih untuk mengenangkan perjamuan malam terakhir Yesus bersama para murid-Nya, sebelum Ia ditangkap, menderita dan disalibkan.
Perjamuan malam terakhir yang dibuat Yesus dan para murid-Nya dalam konteks atau hubungan dengan perjamuan Paskah Yahudi. Perjamuan paskah ini mempunyai nilai yang sangat penting bagi hidup bangsa Israel.
Mereka merayakan paskah di saat gandum-gandum hampir panen, pada bulan musim semi (Maret-April), karena mereka yakin bahwa pada saat itu bangsa Israel dibebaskan keluar dari Tanah Mesir oleh darah anak domba.
Perjamuan Paskah Yahudi diwarnai dengan makan Roti Tak Beragi dan sayur pahit, serta makan daging anak domba. Tujuan upacara paskah Yahudi ini adalah "memperingati" Karya Allah, sambil bersyukur kepada Allah atas karya-Nya yang Agung itu (Bac. I).
Demikian, Yesus merayakan perjamuan Paskah. Namun Ia memberikan nilai baru kepada perjamuan Paskah itu, yang menurut Santo Yohanes perjamuan paskah ini adalah Perjamuan "Perpisahan".
Perayaan dibuka dengan upacara Pembasuhan Kaki para rasul oleh Kristus. Pembasuhan kaki bukan hanya tanda pembersihan atau tanda pelayanan dan kerendahan hati, tetapi juga tanda "kasih atau cinta". Pembasuhan kaki adalah tindakan simbolik untuk menyatakan kasih Yesus kepada para murid.
Demi "Kasih-Nya" kepada mereka, Yesus tidak mempedulikan lagi gengsi atau status-Nya sebagai guru yang sangat dihormati. Sikap Yesus ini berlainan sekali dengan manusia dunia ini, yang lebih mementingkan status dan gengsi, sampai-sampai "kasih" yang nyata dalam "menghormati hak-hak dasar manusia" seringkali tidak diperhatikan, malah diinjak-injak.
Meskipun Yesus adalah guru, ia tidak memperlakukan para murid-Nya sebagai hamba, melainkan sebagai sahabat. Sebagai sahabat, Yesus bahkan bersedia menyerahkan nyawa-Nya untuk mereka.
Lagi-lagi berlainan dengan sikap manusia dunia dewasa ini. Karena itu, harus dipahami perintah Yesus kepada para murid: saling membasuh kaki seperti Yesus membasuh kaki para murid berarti saling mengasihi, menghormati hak-hak dasar manusia, menegakan hukum secara tegas, adil dan konsisten.
Upacara pembasuhan kaki sebagai tanda kasih. Maka sudah seharusnya setiap murid Yesus meneladani Dia dan berbuat sama seperti yang telah Ia perbuat. "Buatlah ini sebagi kenangan akan Daku". Jika Yesus rela berkurban demi kasih, maka setiap murid juga harus "Rela Berkorban" demi kasih.