Kisah tentang kelahiran Yesus Kristus di Betlehem diwarnai oleh peristiwa yang paradoksal. Kisah paradoksal itu tercatat dalam Matius 2: 1-14 (Bacaan Injil Malam Natal), dan Matius 2: 15-20 (Bacaan Injil Hari Raya Natal). Pada satu pihak disaksikan bahwa Yusuf dan Maria ditolak oleh pemilik penginapan untuk melahirkan Yesus.
Namun di pihak lain, pemilik kandang dan para gembala justru lebih tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi oleh Yusuf dan Maria. Pemilik kandang berkenan memberi tempat bagi Maria untuk melahirkan Anaknya, sementara para gembala bersedia datang beramai-ramai menengok bayi Yesus.
Pemilik kandang dan para gembala bersedia menyediakan ruang fisik (kandang), maupun ruang hati (kesediaan untuk menyambut). Mereka merupakan representasi dari umat yang dengan tulus mau menyediakan ruang bagi karya keselamatan Allah. Tidak mengherankan, jikalau kabar baik tentang kelahiran Kristus disampaikan Allah melalui para malaikat-Nya kepada para gembala yang sedang menjaga kawanan ternak mereka.
Hanya kepada para gembala, para malaikat memberitakan "suatu kesukaan besar bagi seluruh bumi sebab kini telah lahir Kristus Tuhan di kota Daud" (Mat 2: 10-11). Mereka diminta untuk datang mengunjungi bayi Yesus yang terbaring dalam palungan (tempat makanan ternak).
Di Palestina, para gembala pada umumnya miskin, tidak punya pendidikan formal yang tinggi. Mereka sering dicap negatif oleh pimpinan Yahudi karena tidak setia menjalankan hukum taurat. Maka mereka sering disingkirkan dalam pergaulan. Melalui kisah ini, penginjil menyajikan cerita tentang cinta Tuhan bagi semua orang, tanpa kecuali, termasuk bagi penggembala.
Injil kemudian mengisahkan bahwa setelah mendengarkan berita dari malaikat, para gembala saling mengajak untuk pergi ke Betlehem. Ada aspek iman, kegembiaraan dan rasa ingin tahu dalam diri mereka.
Mereka segera berangkat (Injil: cepat-cepat). Ada spontanitas yang muncul dari dalam batin mereka karena ada kegembiaraan, sebab memperoleh cinta Tuhan lewat malaikat. Seperti yang dikatakan malaikat, di sana mereka berjumpa dengan keluarga kudus (Yesus Maria dan Yusuf). Di akhir cerita penginjil mencatat "Kemudian kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah...".
Kembali ke mana? Tidak dikatakan. Teks ini bersifat terbuka dan mengundang banyak penafsiran. Namun dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa mereka kembali mewartakan Tuhan di padang (dalam keseharian hidup mereka) dan dimana saja mereka berada.
Pesan Natal 2022
Dalam refleksi Natal tahun ini, saya mencoba menggandengkan antara perikop Injil yang digunakan dalam perayaan Natal, sesuai dengan penanggalan Liturgi Katolik, dengan Tema perayaan Natal tahun 2022 yang disusun bersama antara Gereja Katolik (KWI) dan Persekutuan Gereja Kristen Protestan (PGI).
Pertama: Berjalan bersama
Tema Natal 2022 adalah "Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain". Ayat ini mengingatkan kita akan cerita tentang tiga majus dari Timur dalam Matius 2: 1-12. Ketiga orang majus berjalan bersama-sama mencari dan menemukan Yesus di Betlehem. Demikian pun para gembala segera bergegas bersama-sama menemui Yesus di Betlehem, setelah mendengar warta dari malaikat (Mat 2: 15-16).