Dalam rangka ulang tahun Kompasiana yang ke-14 dan juga peringatan bulan bahasa, saya tertarik untuk melakukan kajian kecil dari hasil riset ilmiah tentang kompasiana. Untuk mendukung tujuan tersebut, saya menggunakan bantuan software publish or perish dalam pengumpulan data.
Hasil penelusuran publish or perish melalui pencarian judul "Kompasiana", ditemukan ada 237 publikasi. Jumlah tersebut termasuk jenis artikel jurnal ilmiah dan buku, yang ditelusuri tanpa diberi rentang waktu. Menarik bahwa dalam matriks sitasi, terdapat 401 sitasi yang mengutip tulisan tentang Kompasiana dengan sitasi setiap tahunnya adalah 9, 78 sitasi.
Artikel yang paling banyak disitasi (23 sitasi), dimuat dalam Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol.VI No.2 Tahun 2016. Analisis wacana melalui metode Theo Van Leeuwen pada Situs Kompasiana.com yang dilakukan oleh Putri Limilia dan Ditha Prasanti ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana perempuan membuat wacana tentang presentasi ibu bekerja dan ibu rumah tangga di media online Kompasiana.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat ketimpangan kekuasaan, dimana ibu rumah tangga cenderung dimarginalkan dibandingkan dengan ibu bekerja. Ketimpangan tersebut diwacanakan dengan menggunakan berbagai macam strategi eksklusi dan inklusi.
Ada pula beberapa tema lain yang menjadi perhatian para peneliti untuk mengulas tentang Kompasiana. Berdasarkan sitasi tertinggi, ada beberapa hasil pernelitan antara lain petukaran informasi mahasiswa jurnalistik melalui Kompasiana, kritik netizen terhadap nekrokultura media mainstream, dan kompasiana sebagai etalase warga biasa.
Data-data ini menunjukkan bahwa kompasiana merupakan sebuah media online yang diminati oleh banyak orang, termasuk dikalangan akademisi. Pada tahun 2022 ini terdapat tiga hasil riset yang menganalisis tentang Kompasiana.
Di lain pihak, kompasiana dan kompasianer juga perlu belajar dari beberapa masukan para peneliti yang dapat kita peroleh dari hasil penelitian mereka. Ada banyak hal yang menjadi masukan dari beberapa peneliti, namun dalam rangka peringatan bulan bahasa, pada ulasan kali ini saya ingin mengajak kita (kompasianer) untuk memperhatikan sebuah catatan krisis para peneliti tentang kesalahan bahasa dalam penulisan.
Dalam hal ini saya hanya mengambil salah satu hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2021, oleh Firda Hikmatul Amalia bersama empat teman lainnya. Artikel yang sudah dua kali disitasi ini memuat hasil analisis tentang kesalahan berbahasa pada tataran morfologi di laman kompasiana. Tentu satu penelitian ini tidak menjadi patokan satu-satunya. Penelitian ini pun hanya terbatas pada kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi.
Hasil analis Amalia, dkk yang dimuat dalam Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP), Universitas Pahlawan tersebut mengemukakan bahwa ada dua kesalahan bahasa dalam tataran morfologi yang ditemukan dalam laman Kompasiana, yakni kesalahan afiksasi dan kesalahan ejaan.