Lihat ke Halaman Asli

Hendrikus Dasrimin

TERVERIFIKASI

Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Jangan Lupa Menabung di BCA (Bank Cadangan Akhirat)

Diperbarui: 25 September 2022   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Lazarus orang miskin (Sumber: JW.ORG)

Dikisahkan, ada seorang kaya dan seorang miskin bernama Lazarus. Dua pribadi ini memiliki corak dan gaya hidup yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya. "Orang Kaya" hidup dalam kemewahannya, sedangkan orang Lazarus, hidup dalam penderitaan.

Kemewahan hidup orang kaya ini ditandai dengan selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus. Dalam kemewahan itu, si kaya mengadakan pesta setiap hari. Di samping itu, untuk melukiskan kemewahannya, diceritakan bahwa orang kaya ini menggunakan roti yang biasanya untuk dimakan oleh  orang-orang miskin (karena harganya sangat murah), untuk membersihkan tangannya, yang kemudian remah-remah roti itu dibuang.

Di lain pihak, ada seorang pengemis yakni Lazarus;  tubuhnya dipenuhi dengan luka-luka borok;  berbaring dekat pintu rumah orang kaya bersama dengan anjing-anjing dan anjing-anjing pun menjilat lukanya. Suatu keadaan manusia yang sangat mengerikan: bermartabat seperti anjing. Sebuah gambaran drama kemanusiaan yang ada di dunia ini.

Saat mereka hidup di dunia, keduanya memiliki corak dan gaya hidup yang berbeda. Ternyata setelah kematian keduanya, mereka pun memiliki nasib yang berbeda pula. Kemiskinan telah berubah menjadi kekayaan dan kemewahan berubah menjadi kemelaratan. Lazarus mengalami kebahagiaan di surga sedangkan orang kaya tersebut berada dalam penderitaan.

Pertanyaannya, apa sebenarnya dosa orang kaya itu?  Ia tidak pernah mengusir Lazarus keluar dari pintu gerbang itu; Ia tidak berkeberatan kalau sisa-sisa makanan yang dibuang atau terjatuh dari meja diambil dan dimakan oleh Lazarus. Ia juga tidak mengapa-apakan Lazarus pada masa lampau.

Dosa orang kaya itu adalah bahwa ia "tidak pernah memperhatikan" Lazarus dan orang-orang yang menderita; bahwa ia menerima Lazarus hanya sebagai bagian yang menghiasi lingkungan hidup dan membiarkannya tanpa perhatian: Lazarus menderita, kelaparan sementara ia hidup berkecukupan.

Jadi dosa orang kaya ini bukan karena ia kaya. Yang membuat orang kaya ini menderita sengsara setelah kematiannya bukan karena di dunia ia sudah berbahagia karena memiliki banyak materi dan saatnya dia harus gantian untuk menderita. Bukan. 

Yang membuat orang kaya ini menderita adalah karena selama hidupnya ia tidak memiliki kepedulian dan belaskasihan kepada sesama, khususnya mereka yang miskin dan menderita.

Dalam kisah ini, orang miskin tersebut disebutkan namanya oleh Pencerita, yakni Lazarus. Sedangkan nama orang kaya itu tidak disebutkan. Siapakah nama orang kaya itu? Nama orang kaya itu bersifat terbuka kepada semua orang yang selama hidupnya tidak memiliki keegoisan dan serakah. Dengan kata lain, barangsiapa dalam hidupnya tidak mengasihi dan peduli terhadap sesamanya, ia memasukkan namanya sendiri dalam golongan si kaya dalam cerita ini.

Kadang ada salah kaprah dalam diri manusia seolah-olah ia akan mengalami kebahagiaan sejati karena memiliki  banyak uang, banyak tabungan, banyak harta kekayaan. Sesungguhnya kenyataan berbicara lain; sebab uang seringkali melayukan dan memudarkan  api kasih dalam hati manusia. Nafsu akan uang membuat manusia tidak mampu mencintai sesamanya, dan menghalangi manusia untuk memiliki kebajikan dalam hidup. Uang membuat manusia lupa akan Allah dan lupa akan sesama yang harus dibantu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline