Di atas sebuah perahu kecil yang sedang berlabuh di pinggir pantai, kutemukan bendera ini. Pemandangan sederhana, tetapi menyentak diriku untuk berpikir tentang nasionalisme.
Seberapa lusuh warna bendera merah-putih yang kita miliki saat ini? Apakah warnanya masih cemerlang ataukah sudah tidak jelas lagi? Masih bisa disebut merah putih yang artinya memang benar merah dan benar-benar putih dan bukannya merah-putih kusam?
Indonesia ini lahir dari sebuah proses asimilasi yang cukup panjang hingga menjadi sebuah komunal yang disebut sebagai bangsa. Namun kini ada yang mulai mencoba mencabik-cabik keutuhannya dengan berkedok suku, agama, ras dan golongan.
Banyak hal yang bisa membuat warnanya berubah dan mulai kusam.
Merah-putih yang cemerlang mulai memudar bersama runtuhnya moral yang meniadakan rasa bahwa kita ini satu tanah dan satu langit.
Mungkin saja merahnya menjadi kusam karena kita kurang berani melawan "orang-orang besar" yang salah, dan hanya bisa berani menghukum "orang-orang kecil" yang keliru.
Mungkin saja putihnya menjadi buram karena ketidaksucian kita turut serta dalam lingkaran sogok-menyogok pejabat di instansi.
Mungkin juga ia mulai sobek seiring dengan maraknya tikus-tikus kantor yang terus melahap uang rakyat.
Wahai insan yang ingin mencabik keutuhan bangsa, sobeklah dosa-dosa politikmu, hilangkan noda-noda fitnah agama, lunturkan ego-ego pikiran dan perilaku busukmu.
Mari menyulam kembali yang sobek dengan benang-benang kasih, dan menambalnya dengan sikap saling menghormati. Di tengah riuh busuk cacat bangsa ini masih ada keping-keping harapan bagi kita untuk mengembalikan keutuhan dan kecemerlangan warnanya.