Lihat ke Halaman Asli

Hendrikus Dasrimin

TERVERIFIKASI

Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Karya Orang Gila yang Dianugerahi Kalpataru oleh Presiden

Diperbarui: 31 Juli 2022   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hutan Mangrove Magepanda-Maumere (Dokpri)

Saat ini terdapat hamparan hutan mangrove yang terletak di Kecamatan Magepanda, Maumere, Flores-NTT. Namun siapa sangka, hutan mangrove yang diperkirakan seluas 70 hektare ini merupakan buah karya dari seorang yang awalnya dicibir dan dikatakan gila oleh masyarakat setempat. 

Kini orang gila yang lebih dikenal dengan Baba Akong itu telah menghadap Sang Khalik, namun jasanya tetap dikenang. Ibarat gajah mati meninggalkan gading, Baba Akong mati meninggalkan hutan mangrove.

Inisiatif kakek tua keturunan Tiong Hoa yang memiliki nama lengkap Victor Emanuel Rayon ini, berawal dari keprihatinannya ketika terjadi tsunami dan gempa tektonik yang melanda Flores, khususnya Maumere pada tahun 1992. 

Abrasi air laut yang begitu muda menerobos dan menghancurkan rumah warga yang berada di sekitar pantai, serta merenggut korban jiwa dan harta benda, memotivasi Baba Akong untuk menanam mangrove.

Pada tahun 1993, ia bersama istri mulai mencari bibit mangrov, disemaikan dan kemudian ditanam di sepanjang pinggir pantai. Orang-orang sekitar yang melihat usaha mereka, malah mencibir dan menganggap bahwa pasangan ini adalah orang gila. Sekalipun dianggap gila karena melakukan pekerjaan yang sia-sia, namun mereka tidak patah semangat.

Waktu berjalan dan berpacu bersama tumbuhnya mangrove. Akhirnya pinggiran pantai yang dulunya gersang menjadi hijau karena ditumbuhi mangrove. Atas jasa mereka sebagai perintis lingkungan, pada tahun 2008 dan 2009, Baba Akong mendapat penghargaan dengan dianugerahi Kalpataru oleh Presiden SBY sebagai perintis lingkungan.

Sejak penghargaan itu, mangrove magepanda mulai dikenal luas. Beberapa komunitas pencinta lingkungan pun kadang datang untuk belajar dan melakukan penghijauan. 

Pada tahun 2010, saya bersama teman-teman pengampuh mata kuliah filsafat lingkungan hidup, pernah datang ke lokasi ini untuk menanam mangrove. Waktu itu, pantai masih terlihat cukup gersang.

Mahasiswa sedang menanam mangrove tahun 2010 (Dokpri)

Saat ini pesisir pantai yang kelihatan gersang dan hawa yang panas itu, sudah berubah menjadi hamparan hutan mangrove. Uniknya, hutan mangrove ini dilengkapi dengan jembatan yang terbuat dari bila bambu, yang diperkirakan sepanjang 450 meter menuju pinggir pantai. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline