Lihat ke Halaman Asli

Hendrikus Dasrimin

TERVERIFIKASI

Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Meredam Budaya Pesta untuk Investasi Biaya Kuliah Anak

Diperbarui: 2 Agustus 2022   15:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels

Beberapa hari lalu, setelah melewati liburan panjang saya kembali membuka Sistem Informasi Akademik (SIAKAD). Pada laman Dasboard terdapat tulisan "Anda belum membayar". Setelah scroll ke laman E-Office, saya mendapatkan surat cinta dari universitas tentang jadwal kegiatan akademik semester baru. 

Seperti biasa, jadwal pembayaran UKT selalu berada di urutan pertama. Dapat diibaratkan, sebelum orang memulai langkah pertama, ia tentu tidak akan melanjut pada langkah kedua, tiga dan seterusnya.

Artinya, sebelum seorang mahasiswa membayar UKT, tentu ia tidak bisa melakukan KRS, apalagi mengikuti perkuliahan dan akhirnya ujian.

Dokpri

Sebagai mahasiswa jalur mandiri, saya harus membayar Rp. 10.000.000 untuk UKT semester gasal ini. Itu pun karena saya termasuk mahasiswa lama yang masuk tahun sebelumnya.

Ketika mencari informasi UKT mahasiswa baru (angkatan 2022), ternyata mengalami kenaikan sebesar Rp. 3.000.000, yakni dari Rp. 10.000.000 menjadi Rp. 13.000.000.

Akankah biaya kuliah ini dapat terus meningkat pada tahun-tahun mendatang?

Dokpri

Hasil riset Harian Kompas yang memprediksikan tentang lonjakan biaya kuliah yang tidak diseimbangi dengan pendapatan orangtua di masa yang akan datang, bisa saja akan benar-benar terjadi.

Bagi saya, yang lebih penting saat ini adalah bukan menaruh kekhawatiran pada masa depan, melainkan bagaimana mempersiapkan masa depan tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline