Lihat ke Halaman Asli

Hendrikus Dasrimin

TERVERIFIKASI

Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Media Sosial di Era Post Truth dan Menjelang Pemilu

Diperbarui: 10 Juni 2022   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Kompas Tekno)

Saat ini kita sedang berada dalam era post truth (era pasca kebenaran), dimana kebenaran objektif dianggap tidak terlalu penting, sebaliknya yang paling penting adalah kebenaran emosional. Kebenaran emosional dapat diciptakan dengan kebohongan yang dilakukan berulang-ulang dan disebarkan berkali-kali.

Strategi ini yang sekarang dapat dijadikan oleh para politisi kita (nasional, maupun internasional) untuk mempengaruhi massa. Kebenaran emosional akan cepat merasuki rakyat, maka emosi itu yang saat ini dikelola dan ditingkatkan. Orang tidak lagi melihat faktanya apakah benar atau salah, tetapi yang penting orang percaya. 

Korban hoax bukan disebabkan oleh kebodohan, karena hoax tidak memiliki kaitannya dengan IQ manusia, melainkan EQ. Jika seseorang sudah terlalu dipengaruhi oleh perasaan (emosional), maka ia akan kehilangan rasionya.

Media sosial bisa menjadi tempat di mana post truth dan hoax dapat menyebar luas, karena dalam media sosial orang tidak hanya berbagi informasi tetapi juga berbagi emosi. Tidak jarang orang menggunakan media sosial untuk tujuan politik, baik itu secara positif maupun negatif. Berhadapan dengan pengaruh negatif, rakyat harus memiliki kesadaran moral politik untuk tidak terpengaruh oleh berita bohong yang diperoleh dari media sosial.

Harus selalu disadari pula bahwa pada saat-saat menjelang pemilu, biasanya banyak dari para calon pemimpin kita akan menggunakan politik kemasan untuk mengantongi suara rakyat. 

Calon-calon pemimpin tersebut akan membungkus diri dalam kemasan yang menarik dengan janji-janjinya palsu. Foto, video atau berita cari sensasi akan semakin banyak ditemukan di media sosial.

Perlu diperhatikan bahwa kemasan yang menarik, belum tentu menunjukkan kualitas yang sesungguhnya. Masyarakat harus pandai memilih pemimpinnya bukan karena melihat kemasan luar yang menarik, melainkan harus menukik lebih dalam untuk mengetahui isi yang sesungguhnya yakni pemimpin yang berkompeten demi kemajuan dan kesejahteraan seluruh rakyat.

Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menjadi tolak ukur pemimpin ideal:

  • Pemimpin yang baik harus memiliki semangat pengabdian yang tinggi dan sungguh berpihak pada rakyat. Ia tidak berpihak pada kepentingan pribadi tertapi berjuang demi kebaikan bersama (bonum comune).
  • Cemerlang dalam berpikir (konseptual), namun juga praktis-pragmatis dalam pelaksanaan. Memilih pemimpin yang tidak hanya pintar berteori tetapi juga memiliki karir yang baik.
  • Pemimpin yang terbuka dan siap bekerjasama dengan banyak pihak serta dapat merangkum semua golongan.
  • Pemimpin yang memiliki semangat demokratis yang tinggi dalam hidupnya.
  • Pemimpin yang bisa menyiapkan pemimpin-pemimpin masa depan (regenerasi).
  • Pemimpin yang tegas dan berani mengambil arah kebijakan.

Mari kita menyukseskan penyelenggaraan pemilu yang bersih, jujur dan adil, serta jauh dari praktek kotor yang menodai asas demokrasi. Berlakulah bijak menggunakan media sosial. Hati-hatilah, jangan sampai anda menjadi korban hoax dan diracuni oleh kebenaran emosional.

Selamat hari media sosial 2022

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline