Pada tahun pelajaran yang baru ini, pemerintah dalam hal ini Kemendikbudristek memberikan opsi pada satuan pendidikan untuk menerapkan kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum Merdeka. Penerapan kurikulum ini masih bersifat opsional, artinya hanya diberlakukan di sekolah-sekolah yang menyatakan siap menerapkan kurikulum tersebut. Dengan cara itu diharapakan kurikulum baru ini dapat berjalan lancar dan bertahap. Kurikulum pengganti K-13 ini, baru akan menjadi kurikulum nasional pada tahun 2024.
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Siswa memiliki cukup banyak waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Selain siswa, dengan Kurikulum Merdeka ini guru akan memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat siswa.
Lalu apa saja yang perlu diketahui oleh orang tua, jika anak-anak mengenyam pendidikan di sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka?
Sekolah menyelenggarakan pembelajaran yang inklusif
Inklusif di sini tidak hanya diartikan sebagai kebijakan sekolah untuk menerima siswa yang berkebutuhan khusus. Tetapi inklusif di sini juga dalam arti bahwa sekolah akan menyelenggarakan iklim pembelajaran yang menerima dan menghargai perbedaan. Karena itu sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka, akan menerima siswa dari berbagai latar belakang yang berbeda, baik itu perbedaan agama, status sosial, budaya, suku dan bangsa. Sekolah yang menerapkan pembelajaran inklusif ini akan mendukung penerapan profil pelajar Pancasila yang merupakan salah satu bagian penting dari Kurikulum Merdeka.
Peran orangtua dalam mengarahkan minat siswa
Pada Kurikulum Merdeka, tidak ada penjurusan di jenjang SMA seperti pada kurikulum-kurikulum sebelumnya seperti jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Mulai Kelas XI dan XII, siswa akan memilih mata pelajaran kelompok pilihan berdasarkan minat dan bakatnya dengan panduan guru Bimbingan Konseling (BK). Guru BK berperan dalam proses penelusuran minat dan bakat siswa dan berdisikusi dengan setiap siswa dan orang tua/wali.
Saat ini, di jenjang pendidikan SMA terdapat pula mata pelajaran pilihan terkait vokasi. Mengingat bahwa tidak semua lulusan SMA akan melanjutkan kuliah di PT, maka dengan pendidikan vokasi ini diharapkan dapat memberikan bekal keterampilan dan kemampuan kepada para siswa untuk bisa terjun ke dunia kerja. Di sini orang tua memiliki peran untuk mengarahkan anak memilih mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan rencana masa depan, entah akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau bekerja.
Struktur Kurikulum Merdeka
Ada tida kegiatan penting dalam Kurikulum Merdeka yakni kegiatan intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler. Jika dihitung jam pelajaran (JP) kegiatan belajar rutin di kelas (intrakurikuler), maka seolah-olah jam pelajarannya berkurang dibandingkan dengan K-13. Namun, sekitar 20-30% jam pelajaran dari setiap mapel sudah dialokasikan untuk projek penguatan profil Pelajar Pancasila. Walaupun demikian, projek tersebut tidak terikat pada konten mata pelajaran karena tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu.