Lihat ke Halaman Asli

Hendrikus Dasrimin

TERVERIFIKASI

Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Wawancara Imajiner bersama Si Binatang Jalang

Diperbarui: 3 September 2022   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com

Setiap tanggal 28 April diperingati hari puisi nasional. Diketahui dari ensiklopedi sastra Indonesia Kemendikbud, ditetapkannya tanggal 28 April sebagai hari puisi nasional ini bertepatan dengan wafatnya Chairil Anwar, sang penyair terkenal yang meninggal pada 28 April 1949. Dengan demikian boleh dikatakan bahwa hari puisi nasional tidak bisa terlepas dari sosok Chairil Anwar. Lalu kapan tanggal lahir dari Chairil Anwar. Beliau lahir pada tanggal 22 Juli 1922. Itu berarti bahwa tahun ini genap 100 tahun Chairil Anwar. 

Berkenaan dengan itu melalui tulisan sederhana ini, akan diulas mengenai siapa dan bagaimana "Si binatang jalang" dalam kesusatraan nasional. Ulasan ini saya tulis dengan model wawancara imajiner, di mana penulis seolah-olah sedang bertemu dan mewawancarai Chairil Anwar, walau hanya dalam imajinasi. Berikut liputan wawancara imajiner antara penulis dengan sang maestro sastrawan moderen ini.

Aku : Senang sekali hari ini saya bisa berjumpa dengan sang maestro puisi Indonesia. Perkenalkan saya hanyalah seorang kompasianer muda yang baru belajar menulis. Menurut informasi yang saya tahu, bapak berasal dari Sumetera ya?

Maestro: Betul. Saya lahir tanggal 22 Juli 1922 di Medan, Sumatera Utara, lalu pindah ke Jakarta.

Aku: Wow... Ternyata hari ini tepat 100 tahun usia bapak. Selamat ulang tahun pak.

Maestro: Terima kasih.

Aku : Jujur pak, saya sangat menyukai karya-karya sastra bapak. Bapak terkenal sebagai seorang penyair yang banyak menghasilkan karya sastra yang bermutu. Maaf pak, bolekah saya mengetahui, kira-kira ada berapa banyak tulisan dari hasil karya bapak?

Maestro: Seingat saya, ada 94 tulisan. Paling banyak tulisan saya berupa puisi, yakni ada 70 puisi. Selain itu ada 10 sajak terjemahan, ada 6 prosa asli, ada 4 prosa terjemahan, dan ada 4 saduran.

Aku : Wow, keren. Ternyata ada juga karya hasil terjemahan bahasa asing ya?

Maestro : Iya, saat saya sekolah di MULO Jakarta, saya hanya sampai di bangku kelas dua. Lalu saya belajar autodidak, termasuk giat belajar bahasa Belanda, bahasa Inggris dan bahasa Jerman. Karena itu saya bisa membaca dan mempelajari karya sastra yang ditulis dalam bahasa-bahasa asing tersebut. Saya senang membaca, baik itu di tempat tidur, bahkan di meja makan pun sering membawa buku, menyuap nasi sambil membaca buku termasuk buku dalam bahasa asing. Karena suka mempelajari sastra asing, makanya ada karya saya yang merupakan hasil terjemahan bahasa asing yang bagi saya sangat menarik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline