Lihat ke Halaman Asli

Hendrikus Dasrimin

TERVERIFIKASI

Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Makna Belis dalam Tata Adat Perkawinan Maumere-Sikka-NTT

Diperbarui: 2 September 2022   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: Jejak Kata Buana (krisdasomerpes.wordpress.com)

           

Masyarakat dalam setiap kebudayaan memiliki kekayaan nilai yang terungkap dalam berbagai simbol, ritus, serta kearifan lokal. Belis merupakan salah satu bentuk simbolis yang mengajarkan banyak nilai luhur bagi pemanusiaan manusia. Untuk dapat memahami bahwa belis merupakan salah satu bentuk simbolis penghormatan terhadap derajat manusia, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui makna dan fungsi dari belis itu sendiri.

1. Mengungkapkan Penghormatan dan Penghargaan Terhadap Pribadi Manusia

           Bagi orang Maumere, belis pertama-tama tidak dilihat sebagai pemberian barang material, melainkan nilai dari penghargaan terhadap martabat manusia itu sendiri. Karena itu barang-barang belis yang dibawa bukanlah merupakan suatu paksaan yang menjadi beban, tetapi merupakan hasil dari kesepakatan bersama. Dengan ini nyata bahwa belis bukanlah merupakan sebuah bentuk komersialisasi. Pengorbanan yang begitu besar untuk mendapatkan barang belis tersebut justru karena manusianya.

Manusia perlu dihargai dan dihormati karena martabatnya yang melekat erat pada dirinya yang dalam bahasa simbolis diwujudkan dalam bentuk barang. Pembelisan yang diberikan oleh pihak pria merupakan bentuk apresiasi simbolis terhadap derajat kaum wanita. Kaum wanita yang sering dianggap sebagai kaum yang lemah perlu dibela dan nilai-nilai kemanusiaannya patut dihargai. Salah satu dari apresiasi terhadap derajat mereka ini adalah dengan pembelisan.

           Derajat wanita sebagai suatu partner dalam kehidupan masyarakat semakin dihargai dengan adanya belis. Kehidupan moralitas kaum wanita semakin terjamin baik bagi kaum gadis maupun bagi wanita-wanita yang sudah berkeluarga. Oleh adanya tuntutan belis, orang menjadi sadar bahwa kemurnian atau kejujuran susila harus dijaga semestinya baik oleh pria maupun oleh wanita calon suami-istri. Demikian pula orang tua harus menjaga keperawanan atau kesucian anak mereka. Selain itu belis juga turut menjaga keutuhan kehidupan keluarga suami-istri di dalam masyarakat.

2. Merupakan Tanda Penghargaan Terhadap Keluarga Wanita

           Sesuai dengan tradisi patrilinear, maka seorang yang telah menikah akan tinggal menetap di rumah suaminya. Karena itu pada tahap sebelumnya yakni pada tahap pembelisan, seorang pemuda wajib memberikan penghargaan terhadap keluarga wanita yang telah melahirkan dan membesarkan anak mereka. Dengan demikian belis bukan hanya merupakan salah satu bentuk penghormatan terhadap derajat anak (si gadis), tetapi juga merupakan bentuk penghargaan terhadap orangtua karena sudah memelihara dan membesarkan anaknya yang kemudian "diambil" oleh orang lain. Oleh karena itu ada yang menamakan belis sebagai pengganti air susu mama.

3. Mempererat Hubungan Sosial

            Persatuan antara seorang laki-laki dan perempuan dalam membentuk keluarga merupakan salah satu wujud dari sosialitas manusia. Namun hubungan sosial dalam suatu perkawinan tersebut tidak hanya membentuk suatu relasi intersubjektif antara kedua pasangan, tetapi juga dapat membina suatu relasi sosial bagi banyak pihak. Urusan pembelisan perlu melibatkan semua pihak yang mempunyai wewenang yaitu pihak keluarga si gadis beserta seluruh familinya atau dikenal dengan pihak Ina Ama (Ibu-Bapa), dan keluarga si pemuda atau pihak Me Pu (Anak).

           Belis berarti juga sebagai penghubung kedua keluarga pria dan wanita. Ia berlangsung terus menerus dari satu turunan ke keturunan lainnya. Dengan kata lain, belis yang merupakan pertukaran barang antara dua turunan tidak akan pernah hilang. Malahan ketidaklengkapan atau belum lunasnya belis keluarga pria kepada keluarga wanita, justru lebih mengikat kuat lagi hubungan kedua belah pihak. Dengan itu keluarga pria merasa berutang budi dan tetap setia setiap saat bila keluarga membutuhkannya, misalnya ada peristiwa kematian, urusan adat atau warisan, dan lain-lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline