Lihat ke Halaman Asli

Hendrikus Dasrimin

TERVERIFIKASI

Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Membincangkan Eksistensi Manusia dan Allah dalam Terang Pemikiran Rene Descartes

Diperbarui: 19 Maret 2022   10:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

 Pendahuluan

Sejarah pemikiran manusia mengindikasikan adanya distans yang signifikan. Jika pada filsafat Zaman Klasik, orang memiliki kecenderungan untuk mempertanyakan dan menemukan prinsip-prinsip pertama universalitas, dan filsafat Zaman Pertengahan (disebut juga dengan Skolatisisme) di mana kecenderungan manusia dalam menempatkan Allah sebagai pusat dari universalitas (teosentrisme), maka pada filsafat Zaman Modern, ditandai oleh tumbuhnya kesadaran manusia pada minatnya dalam persoalan genetik dan historitas manusia (antroposentris). Dengan kata lain, manusia lebih serius membincangkan pembentukkan subjektivitas dan kesadaran akan diri dan dunia di luar diri.

Diskursus tentang filsafat Modern atau yang lebih dikenal dengan era kebangkitan rasionalisme, mustahil dipisahkan dari pegulatan intelektual filsuf Ren Descartes.  Filsuf yang disebut-sebut sebagai "Bapak filsafat modern" ini mengagas sebuah konsep tentang subjektivitas yang sering diabaikan dalam filsafat pada masa itu khususnya zaman skolastik. Dominasi mutlak wahyu, tradisi, dan kitab suci (tradisi kekristenan) pada zaman skolastik berakibat pada tereliminasinya otonomi subjek. Akibatnya, manusia tergantung penuh pada aneka konsep teologis yang dianggap sakral di samping semakin lenyapnya daya kreativitas dari masing-masing individu.

Dalam tulisan ini, akan dijelaskan ide dasar dari Ren Descartes tentang eksistensi manusia dan Allah sehubungannya dengan metode kesangsian yang selanjutnya membuat tesis Descartes tetap relevan hingga saat ini. Selain itu juga, akan dipaparkan beberapa kritik terhadap gagasannya baik dari filsuf-filsuf pada masa itu maupun pada zaman postmodensime.

Karakteristik  Filsafat Modern Rene Descartes

Ren Descartes hidup dalam sebuah masyarakat yang berciri aristokrat yakni memberi tempat utama kepada elite bangsawan. Minat elite ini adalah pada masalah metafisika Skolastik sementara itu di kalangan yang sama mulai tumbuh mint-minat lain. Descartes dari kalangan borjouis malah mengambil jalan lain dalam pemikirannya yang selanjutnya dianggap menyimpang dan sesat oleh para teolog Katolik.

 Mengenal Rene Descartes

Ren Descartes lahir pada 31 Maret 1956 di Touraine. Pada tahun 1604 masuk kolese Yesuit College Royal di La Fleche dan mulai memperdalami ilmu retorika, bahasa Latin, matematika, dan fisika modern. Pada tahun 1615 belajar matematika di Paris dan menetap di sana sampai tahun 1925 sebelumnya ke Swiss, Polandia, dan Italia.Kemudian ia pindah ke Belanda (1635) dan di sana mendapatkan seorang putri dari kekasihnya. Sayang, puterinya meninggal dalam usia lima tahun. Pergulatan intelektualnya mulai menanjak ketika ia menulis beberapa buah buku antara lain: Discours de la Methode(1637), Meditationes de prima Philosophia (1641) yang memuat hasil debatnya dengan Gaasendi, Hobbes, dan Mersenne, Principia Philisophiae ( 1644). Descartes meninggal pada tahun 1650 di kota Stockholm.

Garis Besar Pemikiran Rene Descartes

Beberapa hal fundamental yang digeluti oleh Descartes dalam gagasannya. Filsafatnya berawal dari suatu pertanyaan: Apakah ada metode yang pasti sebagai basis untuk melakukan refleksi filosofis. Dari sinilah, ia kemudian menjalankan apa yang disebut sebagai sebuah sikap keragu-raguan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline