Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Paus Mengungkapkan Keprihatinan Mengenai Umat Muslim

Diperbarui: 26 November 2020   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebuah buku akan berarti bagi pembaca bila memberikan wawasan, gagasan dan pengetahuan baru. Terlebih lagi bagi bacaan kesejarahan, keakurasian fakta dan kronologi peristiwa menjadi kunci utama untuk menarik pembaca."

Itulah kalimat dalam majalah Panji Masyarakat Nomor 20 Tahun II, 2 September 1998, halaman 82, ketika Pracoyo Wiryoutomo mengulas buku yang saya tulis: "Jenderal TNI Anumerta Basoeki Rachmat dan Supersemar (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia/Grasindo, diterbitkan dua kali, pertama tahun 1998 dan 2008.

Kata-kata Pracoyo itu sekarang terbukti, ketika melalui sebuah buku pula, Paus Fransiskus untuk pertama kalinya menyebut muslim Uigur China.

"Saya kerap memikirkan orang-orang yang teraniaya: Rohingya, orang Uigur yang malang, Yazidi," jelasnya dalam buku: "Let Us Dream: the Path to a Better Future," dikutip dari South China Morning Post, Selasa, 24 November 2020.

Buku setebal 150 halaman ini merupakan kolaborasi Paus dengan penulis biografinya, Austen Ivereigh. Buku akan mulai beredar pada 1 Desember mendatang.

Komentar Paus mengenai umat Islam di beberapa negara dilontarkan dalam sebuah bab di mana ketika Paus membicarakan soal umat Kristen, juga membicarakan mengenai umat Islam yang teraniaya di beberapa negara.

Sebelumnya Paus Fransiskus telah bersuara soal Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar dan pembunuhan warga Yazidi oleh ISIS di Irak, namun ini untuk pertama kalinya dia menyinggung Uigur.

Ketika bicara Rohingya di Myanmar, maka pikiran kita langsung tertuju ke Aung San Suu Kyi atau namanya sering disingkat Suu Kyi. Baru-baru ini namanya memperoleh kecaman, karena dianggap membiarkan saja Etnis Rohingya, beragama Islam dikejar dan dibunuh serta tempat kediamannya dibakar oleh penduduk beragama Budha. Untuk itu, pemimpin agama Budha di Indonesia telah berkomentar, itu bukan ciri dari seorang Budha.

Saya sejak awal berpendapat, bahwa posisi Suu Kyi di pemerintahan Myanmar tidak berkuasa 100 persen. Sistim baru di pemerintahan itu, militer tetap mengendalikannya.  Suu Kyi hanya simbol, meski partainya Liga Demokrasi Nasional/ NLD) menang dalam pemilihan umum.

Tentang Muslim Uighur di Republik Rakyat China (RRC) memang terus menjadi perbincangan dan perdebatan.

Masalah Muslim Uighur ini sedikit berbeda cara penanganannya, karena terjadi di negara komunis yang akses informasi dan akses seseorang, misalnya seorang jurnalis memberitakan ke luar tidak sebegitu bebas seperti di negara bukan beraliran sosialis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline