Mantan wartawan harian "Merdeka," pimpinan almarhum BM Diah, yaitu Neta S Pane, tepat hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, tahun lalu, Selasa, 20 November 2018 mengirimlan fotonya dari Jerusalem. Ia diberitakan sedang berkunjung ke Jerusalem.
Hari ini, pada peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, 9 November 2019, saya teringat foto yang dikirimkannya setahun yang lalu. Ia mengirimkan foto kompleks Al-Haram Asy-Syarif, di mana di dalamnya terdapat "Dome of The Rock," yang berarti Kubah Batu.
Bangunan Kubah Batu, merupakan satu di antara bangunan yang terletak di sebuah kawasan seluas 14,4 hektar. Di sana ada beberapa bangunan lagi, termasuk masjid Al-Aqsa.
Apa yang dapat dilihat di bangunan Kubah Batu berbentuk delapan persegi itu? Neta mengabadikan sebuah foto tapak mi'rajnya Nabi Muhammad SAW dari masjid Al-Aqsa ke Sidratul Muntaha (langit ke-tujuh) dan dari Allah SWT lalu menerima amanah untuk melaksanakan shalat.
Pertama, 50 rakaat sehari semalam. Kemudian ketika hendak turun bertemu Nabi Musa dan menyarankan agar kembali bertemu Allah SWT untuk kembali. Minta pengurangan rakaat, karena menurut Nabi Musa as, ummat Nabi Muhammad SAW tidak akan kuat. Nabi Muhammad kembali lagi menghadap Allah, sehingga raka'atnya berkurang menjadi lima kali sehari semalam.
Tidak dijelaskan oleh Neta, apakah perjalanannya ke Jerusalem lancar-lancar saja setelah Jerusalem berada di bawah kelompok Yahudi usai kekalahan negara Arab pada 7 Juni 1967 dalam perang yang hanya berlangsung enam hari. Apalagi baru-baru ini, Amerika Serikat menyatakan bahwa Jerusalem adalah ibu kota Israel.
Penduduk Yahudi telah merdeka tahun 1948. Sebelumnya, negara pemenang Perang Dunia I, khususnya Inggris menandatangani sebuah perjanjian dengan kelompok Yahudi. Penduduk Yahudi ikut membantu Inggeris dengan dana yang besar, agar Jerman bisa dikalahkan. Jika Jerman kalah, apa yang diminta penduduk Yahudi akan dipenuhi Inggris. Ternyata Jerman kalah dalam perang.
Penduduk Yahudi menganggap tanah airnya ada di Jerusalem. Awalnya Inggris memberikan tanah Palestina kepada penduduk Yahudi. Anehnya, sebenarnya kalau dibagi, maka rakyat Palestina yang memperoleh bahagian besar. Ini tidak. Malah, penduduk Yahudi yang memiliki wilayah lebih besar dan mendeklarikan kemerdekaannya tahun 1948 sebagai negara Israel.
Sebaliknya, sekarang nasib bangsa Palestina terkatung-katung. Wilayahnya makin lama makin kecil. Lihatlah Jalur Gaza dan Tepi Barat. Dalam hitungan di atas kertas, bangsa Palestina (Islam dan Kristen) yang tepat menjadi bangsa merdeka. Awalnya wilayah itu seluruhnya milik bangsa Palestina, kenyataannya bangsa ini yang kemudian menjadi bangsa pengungsi.
Penduduk Yahudi menganggap di Jerusalem itu terdapat "Dinding Ratapan," untuk penduduk Yahudi. Terkejutnya bangsa-bangsa di dunia, keinginan Israel untuk mendirikan kembali "Kuil Sulaiman," yaitu tempat peribadatan suci umat Yahudi yang dibangun Nabi Daud as pada tahun 1000 Sebelum Masehi. Untuk membangunnya, maka Israel harus meruntuhkan masjid Al-Aqsa. Apakah keinginan Israel ini bisa terwujud? Sudah tentu, tidak.
Sekarang wilayah Palestina itu diambil alih pelan-pelan oleh Israel. Strateginya dengan memperluas berdirinya pemukiman baru penduduk Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Impian rakyat Palestina untuk merdeka semakin jauh dari harapan. Tidak bisa merdeka secara "de facto" dan "de jure." Bahkan yang kita saksikan, wilayah Palestina semakin lama semakin kecil.