Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Ternyata Presiden Prancis yang Undang Nadia Murad di G-7

Diperbarui: 28 Agustus 2019   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini, Rabu, 28 Agustus 2019, terungkap dengan sangat jelas, siapa yang mengundang Nadia Murad, penerima hadiah Nobel Perdamaian 2018 itu ke Konfensi Tingkat Tinggi (KTT) G-7 di Biarritz, Prancis. Awalnya tidak ada keterangan yang menjelaskan. 

Pertanyaan saya, mungkinkah yang mengundang Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump ke KTT tersebut, karena Presiden AS itu pernah mengundang Nadia Murad ke Gedung Putih ? Juga keinginan Trump untuk meraih hadiah Nobel Perdamaian tersebut tahun 2019 ini ?

Asumsi saya tidak tepat. Ternyata dari twitter Nadia Murad, ia mengucapkan terima kasihnya kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron. KTT G-7 adalah pertemuan antara negara-negara industri, terkuat secara politis dan ekonomis di dunia, seperti Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, AS dan Kanada.

Emmanuel Macron, sejauh ini dianggap berhasil melaksanakan KTT G-7. Ia memperoleh kehormatan menjadikan Prancis sebagai tuan rumah group 7 negara.  Macron  lahir di Amiens, Prancis, 21 Desember 1977. Seorang pejabat senior, politikus dan mantan bankir investor Prancis. 

Pada 26 Agustus 2014, ia dilantik sebagai Menteri Ekonomi, Pembaruan Industri dan Urusan Digital dalam pemerintahan Manuel Valls. 

Pada Pemilihan umum Presiden Prancis 2017, ia mengalahkan Marine Le Pen dengan meraup 66,06 persen suara jauh mengungguli Marine Le Pen, yang hanya meraup 34 persen suara. Kemenanganya menjadikan ia sebagai Presiden Prancis termuda dalam sejarah dengan usia 39 tahun.

Nadia Murad mengatakan, "Sudah saatnya para pemimpin global berjuang untuk implementasi hukum yang efektif yang mempromosikan kesetaraan gender. Twe

Di KTT G-7 ini, Nadia Murad mewakili dewan independen dalam masalah persamaan jender.  "Sudah saatnya para pemimpin global berjuang untuk implementasi undang-undang yang efektif yang mempromosikan kesetaraan gender di semua sektor masyarakat," ungkap Nadia Murad.

Nadia Murad, atau lengkapnya Nadia Murad Basee Taha, adalah penerima hadiah Nobel Perdamaian 2018. Hadiah itu diterimanya di ibukota Norwegia, Oslo pada 5 Oktober 2018.

Jika kita membaca twitter sebelum ia menerima Hadiah Nobel, Nadia Murad tanggal 15 Maret 2017 sudah minta didoakan agar menang. " Iraq Government nominated me for the Nobel Peace Prize. Thank you all for the support !." 

Ternyata harapannya itu dikabulkan Tuhan, dan ia bersama seorang dokter Denis Mukwege  menerima Hadiah Nobel Perdamaian Dunia 2018. Berarti sukses bertarung di dalam 331 calon dari individu dan organisasi dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline