Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Apakah Rusia Kembali Bantu Trump Jadi Presiden AS?

Diperbarui: 4 Agustus 2019   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. Instagram/rt

Baru-baru ini, mantan kepala badan intelijen Israel Mossad, Tamir Pardo, memang telah mengklaim bahwa campur tangan Rusia di dunia maya telah membantu mempengaruhi pemilu presiden Amerika Serikat (AS) 2016 yang dimenangkan Donald Trump. Demikian bunyi laporan yang diturunkan media Israel, Haaretz.

Menurut Pardo, Rusia memilih kandidat yang paling menguntungkan secara politis untuknya dan menggunakan "bot" online untuk mengantarkan Trump ke kursi kepresidenan.

Terlepas benar atau tidak laporan tersebut, tetapi sebahagian besar rakyat AS percaya bahwa Rusia telah membantu Trump mengalahkan calon presiden AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. Apakah sekarang ini manuver AS yang keluar dari kesepakatan nuklir antara AS - Rusia di masa Presiden Mikhail Gorbachev suatu pertanda bahwa Trump akan kembali dibantu Rusia dalam pemilihan presiden AS tahun 2020? Tetapi sebaliknya boleh jadi manuver politik Trump tentang nuklir akan memupus kepercayaan Rusia kepada Trump?

Yang jelas sikap Presiden AS Donald Trump untuk menarik diri dari kesepakatan senjata nuklir dengan Rusia, membuat mantan Pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev mengeluhkan sikap AS yang menarik diri dari pakta pengendalian senjata nuklir jarak jauh yang ditanda-tangani kedua negara pada Desember 1987. Ketika itu, AS diwakilkan oleh mantan Presiden Ronald Reagan, sedang di pihak Uni Soviet oleh Mikhail Gorbchev.

Sangatlah wajar apabila Gorbachev yang sekarang berusia 88 tahun bersuara dan menilai keputusan Washington tersebut bisa merusak keamanan internasional. Menurut Gorbachev, menarik diri dari pakta yang disepakati pada 1987 sama artinya AS berurusan dengan potensi hancurnya keamanan Eropa dan keseluruhan sistem keamanan internsional.

"Penghentian pakta ini akan sulit membawa keuntungan bagi komunitas internasional. Langkah ini menghancurkan bukan hanya keamanan di Eropa, tetapi juga di seluruh dunia," kata Gorbachev dalam wawancara dengan Interfax, Jumat, 2 Agustus 2019.

Jika melihat foto dari Xinhua di bawah ini terlihat Mikhail Gorbachev, Mantan Presiden Uni Soviet, kanan, dan mantan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan, kiri, saat menanda tangani pakta pengendalian senjata nuklir pada 8 Desember 1987. 

msn.com

Dikutip dari rt.com, Sabtu, 3 Agustus 2019, Gorbachev mengatakan pihaknya saat ini berharap Washington mau membalikkan keadaan dan merevisi keputusannya. AS sebelumnya menuding Rusia telah menciderai pakta pengendalian senjata nuklir jarak jauh dengan mengembangkan sebuah rudal. Meski dibantah Rusia, melihat perkembangan persenjataan mutakhir Rusia yang untuk sementara bisa mengimbangi senjata AS dalam ajang pertempuran di Suriah, benar bahwa persenjataan Rusia kembali diperhitungkan oleh AS.

Hal ini pun dibuktikan, baik di dalam pertempuran di Suriah yang kemudian membantu mempertahankan posisi Presiden Suriah Bashar al-Assad, maupun menyaksikan jenis senjata yang dijual kepada Turki baru-baru ini. Kebangkitan Rusia setelah Uni Soviet pecah di masa Gorbachev dibuktikan Vladimir Putin ketika ia mengambil alih Crimea.

Demikian pula AS. Berbekal senjata mutakhirnya menginvasi Irak. Pada waktu ini kekuatan Rusia belum pulih, sehingga ikut juga menyetujui bekas sekutunya Irak diserang AS. Tetapi ketika AS ingin menginvasi Suriah, langkah AS terganjal oleh Rusia yang kekuatan militernya sudah pulih. Akhirnya terjadilah perimbangan kekuatan di Suriah.

AS di pihak lain juga menjual senjatanya kepada Arab Saudi. Sebenarnya, AS juga ingin menjual senjatanya kepada sesama anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yaitu kepada Turki. Tetapi betapa kecewanya AS kepada Turki yang membeli senjata dan pesawat tempur dari Rusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline