Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Ibu Inggit, B.M.Diah dan Herawati Diah Patut Jadi Pahlawan Nasional

Diperbarui: 12 Juli 2019   06:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: qureta.com

Selama 20 tahun Ibu Inggit dan Soekarno hidup bersama, namun akhirnya harus berpisah. Setelah berpisah Ibu Inggit tidak pernah bertemu dengan Soekarno sampai pada akhirnya pada tahun 1960, Ibu Inggit bertemu lagi.

Ketika Ibu Inggit bertemu Soekarno, ia hanya berkata "Kus, baju teh meni sae. Kahade kus ieu baju teh ti rakyat, ulah mapohokeun saha nu merena".

Kalimat bebahasa Sunda yang dilontarkan Ibu Inggit tersebut memiliki arti "Kus (Soekarno), bajunya bagus sekali. Awas kus baju ini dari rakyat, jangan melupakan siapa yang memberinya".

Inggit Garnasih, lahir di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 17 Februari 1888 -- meninggal di Bandung, Jawa Barat, 13 April 1984 pada usia 96 tahun. Ia adalah istri kedua Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. Mereka menikah pada 24 Maret 1923 di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung.

Pernikahan ibu Inggit dan Soekarno dikukuhkan dengan Soerat Keterangan Kawin No. 1138 tertanggal 24 Maret 1923, bermaterai 15 sen dan berbahasa Sunda. Sekalipun bercerai tahun 1942, Inggit tetap menyimpan perasaan terhadap Soekarno, termasuk melayat saat Soekarno meninggal. 

Kisah cinta Inggit-Soekarno ditulis menjadi sebuah roman yang disusun Ramadhan KH yang dicetak ulang beberapa kali sampai sekarang. Beliau meninggal di Bandung pada tanggal 13 April 1984. Dua bulan sebelum beliau meninggal, Fatmawati mengunjunginya atas bantuan Ali Sadikin.

Menurut saya, Ibu Inggit sangat tepat diajukan sebagai Pahlawan Nasional. Sebelumnya mantan suami Ibu Inggit, yaitu Presiden Soekarno, telah diangkat oleh Presiden Soeharto sebagai Pahlawan Proklamasi (Proklamator) bersama-sama Hatta. 

Setelah itu di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Soekarno-Hatta diberi gelar Pahlawan Nasional. Dalam hal ini, keluarga Presiden Soekarno dan Muhammad Hatta menyambut baik pemberian gelar pahlawan nasional tersebut. 

Selanjutnya pada 4 November 2000, Presiden Abdurrahman Wahid menetapkan Fatmawati sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 118/TK/2000.

sumber: gramedia.com/di olah oleh penulis

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline