Tanggal 28 April (1937), biasanya sewaktu Presiden Irak Saddam Hussein berkuasa, tanggal lahir pemimpin rakyat Irak ini selalu diperingati. Sekarang sudah tentu di daerah kelahirannya, Provinsi Salah El Din, Tikrit, Irak, hari kelahiran ini tidak lagi diperingati. Bahkan nama Saddam Hussein, terutama oleh mayoritas penduduk Syiah dan Suku Kurdi, nama Saddam dibenci. Ia dianggap sebagai pembunuh dua kelompok tersebut.
Nama Saddam Hussein menurut kedua kelompok tersebut, tidak ubahnya sebagai diktator yang pernah menguasai Irak. Apalagi ketika pasukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya menginvasi Irak, semua terdiam dan hanya menyaksikan dari jauh. Saddam Hussein akhirnya ditangkap ketika bersembunyi di sebuah gorong-gorong air. Ia ditahan dan dijatuhi hukuman gantung pada hari Sabtu, 30 Desember 2006.
Sebelumnya, nama Saddam Hussein kembali disebut. Pada waktu itu, Presiden Irak yang sekarang, Barham Salih, hari Minggu, 14 April 2019 mengunjungi makam tidak dikenal suku Kurdi. Ia menegaskan bahwa Irak tidak akan pernah melupakan kekejaman Saddam Hussein atau mengizinkan partainya untuk kembali berjaya lagi. Hal tersebut diungkapkannya setelah tiba di makam tidak dikenal suku Kurdi yang dibunuh pasukan mantan Presiden Saddam Hussein tiga dekade lalu.
Makam itu ditemukan di sebuah padang pasir, sekitar 170 km sebelah barat kota Samawa. Diperkirakan ada sekitar 180.000 orang (suku Kurdi) tewas dalam operasi yang disebut kampanya Anfal Saddam Hussein.
Targenya yaitu Kurdi Irak, di mana sekitar akhir tahun 1980-an ketika senjata gas kimia digunakan oleh tentara Irak di masa Presiden Irak Saddam Hussein. Rumah mereka rata dengan tanah dan orang Kurdi dipaksa tinggal dalam kamp-kamp pengungsian.
Salih menjelaskan, bahwa penduduk Kurdi dibunuh. Mereka tidak diizinkan hidup bebas dan bermartabat. Selanjutnya penduduk Kurdi dibawa ke Samawa. Provinsi Irak sebelah selatan berdiam penduduk Arab Shiah yang juga menderita saat itu dan suku Shiah ini pun dibunuh di masa Saddam Hussein berkuasa.
Sekarang di Irak, setelah Presiden Saddam Hussein berkuasa, kepemimpinan Irak tidak lagi disatu tangan. Presiden Irak Berham Salih berasal dari suku Kurdi.
Perdana menteri dari Shiah (mayoritas di Irak) dan Ketua Parlemen dipegang Sunni, minorotas di Irak, tetapi di masa Saddam Hussein (Sunni) berkuasa, maka Islam Sunni pernah menikmati kejayaannya.
Nama Saddam Hussein boleh saja hilang di Irak seperti sekarang ini, tetapi nama itu akan kembali dipelajari dalam sejarah dunia. Sama halnya dengan nama Presiden Pertama RI Soekarno, awal kejatuhannya tidak pernah dibicarakan di Indonesia. Tetapi lambat laun, nama itu kembali bersinar.
Irak akan menghadapi berbagai perubahan setelah perginya Saddam Hussein. Tampilnya sebuah pemerintahan di Irak setelah Saddam Hussein, yaitu gabungan antara Kurdi, Syiah dan Sunni akan menjadi pertanyaan, apakah ketiga kekuatan itu, suatu ketika akan mencari jalan hidupnya masing-masing di Irak? Apalagi baru-baru ini suku Kurdi di dalam pernyataan pendapatnya di Irak, mayoritas dari mereka ingin berpisah dari Irak. Ingin mendirikan negara mereka sendiri, Kurdistan.