Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Apakah Benar Trump Ambil Keuntungan dari Hancurnya ISIS?

Diperbarui: 26 Maret 2019   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang penembak jitu Kurdi Suriah duduk di antara puing-puing di kota Kobani, Suriah (30/1/2015). (AP)

Hancurnya Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah melengkapi hancurnya ISIS di Irak setahun yang lalu. Amerika Serikat (AS) sendiri yang menciptakan dan dengan pengaruh AS juga untuk menghancurkannya, karena sikap gerilyawan ISIS sudah keluar dari norma-norma peradaban manusia dengan membunuh, memperkosa dan meledakan bom mobil di kedua negara itu, Irak dan Suriah. Itu sama sekali bertentangan dengan ajaran Islam.

Muncul pertanyaan, apakah ini suatu kegagalan AS di Timur Tengah setelah menghancurkan Irak dan membunuh serta menggantung Presiden Irak yang sah, Saddam Hussein? Yang jelas Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif Khonsari, hari ini, Selasa, 26 Maret 2019 di Twitternya menjelaskan ISIS yang awalnya memang didisain sendiri AS, dimanfaatkan oleh Presiden AS Donald Trump dan perusahaannya. Tidak hanya AS, juga kelompok Yahudi. 

Apa yang dikatakan Javad Zarif tidak jauh berbeda dengan pernyataan Menteri Perindustrian dan Perlogaman Irak, Amir al-Saadi di Baghdad ketika saya berkunjung ke sana pada bulan Desember 1992, bahwa AS selalu memakai standar ganda jika berhubungan dengan negara lain. 

Dalam hal ini, AS boleh saja dipermukaan berhubungan dengan Baghdad, tetapi diam-diam negara itu pula yang memberi sanksi ekonomi kepada Irak, bahkan menghacurkannya. Dalam Perang Irak-Iran, AS membantu Irak. Tetapi sejak Irak masuk ke Kuwait, negara itu memusuhi negara "1001 Malam" itu.

Sebagai contoh lain bisa dilihat dari perkembangan di Asia Selatan. Di manakah AS berdiri? Pakistan ? Bukankah dukungan AS tersebut memperuncing pertikaian antara Pakistan dan Bangladesh? Baiklah kita ambil contoh dengan Bangladesh yang pada hari ini, Selasa, 26 Maret 2019 merupakan Hari Kemerdekaan dan Nasional negara Muslim itu. Bangladesh merupakan negara termuda di Asia Selatan. Dulunya merupakan bagian negara Pakistan, yaitu Pakistan Timur.

Pada tahun 1970, ketika Pakistan menyelenggarakan pemilihan umum secara bebas, maka di Pakistan Barat, Partai Rakyat Pakistan pimpinan Zulfikar Ali Bhuto keluar sebagai pemenang, sementara di Pakistan Timur yang keluar sebagai pemenang adalah Liga Awami pimpinan Sheikh Mujibur Rahman.

Sheikh Mujibur Rahman kemudian memanfaatkan kemenangan ini untuk memisahkan diri dari Pakistan (saya menganggap hubungan Pakistan-AS tidak seakrab sekarang) dengan mempelopiri gerakan kemerdekaan Benggali. Kemudian pada 25 Maret 1971, pasukan menyerbu Pakistan Timur. 

Tetapi dengan bantuan India (ini yang saya maksud hubungan Pakistan-AS tidak begitu akrab seperti sekarang), maka pada tanggal 26 Maret 1971, Mujibur Rahman memproklamirkan berdirinya sebuah negara bernama Republik Bangladesh.

Itulah awal berdirinya Negara Bangladesh. Namun demikian perang saudara pada 3 Desember 1971, antara Pakistan dan Banglades. Pada waktu itu pula, untuk pertama kalinya India terlibat secara langsung untuk membantu Bangladesh, sehingga dapat mengalahkan pasukan Pakistan di Dhaka pada 16 Desember 1971. Lalu Pakistan menyetujui gencatan senjata pada 17 Desember 1971. Akhir perang antara Pakistan dan Bangladesh, korban yang tewas sekitar satu juta jiwa dan 10 juta lainnya mengungsi ke India. Pertanyaan mirip sama, ataukah AS tidak mau campur tangan di Asia Selatan?

Bangladesh adalah negara Islam. Terletak di wilayah yang dulunya bernama Bengali (Benggali) Timur, Asia Selatan, dengan jumlah kaum Muslim 83 persen dari seluruh penduduk. Rakyat yang tinggal di wilayah seluas Pulau Jawa itu sekarang kehidupannya bertambah maju. Bangladesh sekarang berubah menjadi negara berkembang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline