"Veteran Today," pernah mengomentari bahwa pemimpin Negara Islam di Irak dan Suriah (The State in Iraq and Ash-Sham/ISIL/ISIS) Abu Bakar Al Baghdadi, berasal dari Yahudi. Disebutkan nama aslinya Emir Daash alias Simon Elliot alias Elliot Shimon. Lahir dari orang tua Yahudi dan direkrut serta dilatih Mossad, agen intelijen rahasia Israel.
Hari ini, Kamis, 21 Maret 2019, Aljazeera menurunkan tulisan khusus ini di twitter, tentang sejarah ISIS, mulai dari cerita Abu Bakar Al Baghdadi. Terpenting dalam cerita ini ditegaskan bahwa ISIS itu bukan Islam, meski selama ini mereka memakai istilah Negara Islam.
Buat saya yang sering mengamati perkembangan di luar negeri dan setelah berkunjung ke Irak dua kali, tahun 1992 dan 2014, paham betul dengan istilah ini. Sebenarnya apa yang dikatakan Presiden AS Donald Trump dalam kampanyenya sebelum jadi presiden, bahwa mantan Presiden AS, Barack Obama yang membentuk ISIS, itu benar.
Kemudian, info ini dikuatkan dengan ditemukannya kertas selebaran di medan pertempuran di Irak. Isinya jika pesawat tempur AS terlihat di udara, jangan ditembak. Berarti dengan data tersebut kita mengetahui bahwa ISIS itu diciptakan oleh AS dan Israel. Jika kita bicara AS dan Israel tidak ada bedanya. Dua negara itu adalah sekutu erat.
Apalagi jika mendengar informasi ISIS dari Edward Snowden. Ia bukan warga negara biasa. Snowden adalah mantan agen rahasia AS, NSA. Sangat jelas kekacauan ini terjadi setelah Presiden Irak Saddam Hussein, tumbang dan digantung. Setelah itu para pengikut Saddam, demi membalas dendam bergabung juga dengan ISIS. Ada beberapa kelompok (Delapan kelompok) di Irak, di mana pengikut Saddam Hussein bergabung di dalamnya.
Sepertinya kelompok pendukung Saddam Hussein kecewa dengan tindakan ISIS yang membunuh dengan kejam siapa saja menentang gagasannya. Dulu semasa masih bernama Negara Islam di Irak, belum di Suriah, kelomok pendukung Saddam Hussein masih disegani. ISI (Negara Islam di Irak) Pernah menyerang sebuah universitas di Baghdad, kemudian buru-buru universitas tersebut ditinggalkan. Hal ini karena masih segan dengan pengikut Saddam Hussein. Lama kelamaan ketika sudah ada di Suriah, yang namanya dari ISI (hanya di Irak) menjadi ISIS (sudah masuk Suriah) keadaan semakin tak terkendali.
Ketika ditanyakan, mengapa banyak negara ingin bergabung dengan ISIS, termasuk dari Indonesia? Karena mereka dibayar tinggi. Dari mana uangnya? Dari mana kendaraan mewah ISIS berasal? Ya, itulah asumsi di atas bahwa AS dan Israel berada di belakangnya.
Pada bulan Januari 2015, ada sekitar 40.000 warga atau pejuang dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia bergabung ke dalam ISIS. Tahun 2016, Abu Mush'ab Al-Zarqawi yang pertama mengorganisir Dewan Syuro Mujahidin Irak tewas. Ia digantikan Abu Umar yang kemudian mendirikan Negara Islam di Irak (ISI) dan berpusat di Baquba, Provinsi Diyala, Irak. Tahun 2010, Abu Bakar Umar juga tewas dan diganti Abu Bakar Al-Baghdadi.
Tahun 2010, Abu Bakr al-Baghdadi diangkat sebagai pemimpin ISI. Dua tahun kemudian, ia memperluas pengaruh Negara Islam dari Irak ke Suriah. Tanggal 9 April 2013, Abu Bakar Al-Baghdadi mendeklarasikan berdirinya ISIS, yaitu gabungan Negara Islam di Irak dengan Front Al-Nusra yang berada di Suriah. Sejak saat inilah dikenal istilah ISIS.
Masalah ISIS sekarang di Irak dan Suriah dianggap selesai. Geralan yang memakai nama Islam, malah dianggap mencemarkan nama Islam itu sendiri. Di dalam Islam tidak diperkenankan membunuh diri dengan bom agar orang lain ikut terkena bom. Itu bukanlah ajaran Islam yang benar. Singkatnya ISIS itu, meski memakai nama Islam, bukan Islam. Sekarang ini sekitar 6000 masyarakat sipil tewas di Irak dan Suriah, karena terbunuh oleh ISIS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H