Misteri hilangnya Surat Perintah 11 Maret 1966 hingga 53 tahun peristiwa itu, 11 Maret 2019, tetap menjadi misteri. Tetapi misteri ini sedikit terkuak ketika Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla pada tahun 2006, sebagaimana terungkap di "Media Indonesia," Sabtu, 11 Maret 2006.
Jusuf Kalla mengatakan bahwa naskah asli Supersemar yang tidak tahu keberadaannya hingga sekarang, berada di tangan mantan Presiden Soeharto. Itu sambutan Jusuf Kalla ketika meluncurkan buku memoir Jenderal M. Jusuf di Jakarta, Jumat, 10 Maret 2006.
Pada waktu ini Presiden Soeharto masih hidup, karena ia wafat pada hari Minggu, 27 Januari 2008. Jadi peluncuran buku M. Jusuf ini ketika Presiden Soeharto sudah lengser pada 21 Mei 1998 dan sudah tentu dihadiri mantan pelaku Supersemar itu M. Jusuf. M.Jusuf sendiri meninggal dunia pada 8 September 2004.
Sebelumnya saya menulis buku: "Jenderal TNI Anumerta Basoeki Rachmat dan Supersemar" (Jakarta: Gramedia Widiasaraba Nyonya Indonesia/Grasindo, 1998). Buku ini sedikit tertunda penerbitannya, karena isteri Jenderal Basoeki Rachmat, Nyonya Sriwoelan mengirim surat kepada Presiden Soeharto untuk berkenan memberi kata sambutan di dalam buku tersebut.
Dasar pemikiran Nyonya Sriwoelan Basoeki Rachmat ini sangat masuk akal, karena hubungan erat sekali antara Jenderal Soeharto dan Jenderal Basoeki Rachmat sangat akrab.
Saksikan ketika Jenderal Basoeki Rachmat meninggal dunia pada hari Kamis, 9 Januari 1969 di rumah sangat sederhana di Jalan Besuki 11, Menteng, Jakarta. Setelah mendengar meninggalnya Jenderal Basoeki Rachmat di usia 47 tahun, Presiden Soeharto terkeju dan langsung bersama Ibu Tien menuju rumah almarhum.
Keakraban inilah yang mendorong Nyonya Sriwoelan Basoeki Rachmat menulis surat kepada Presiden Soeharto untuk menulis kata sambutan. Tetapi surat tersebut tidak memperoleh jawaban. Akhirnya dalam rapat yang dihadiri keluarga besar Jenderal Basoeki Rachmat, juga para ajudan, diputuskan menerbitkan buku tanpa kata sambutan dari Presiden Soeharto.
Buku Jenderal TNI Anumerta Basoeki Rachmat ini dicetak ulang pada tahun 2008. Tetapi tetap keinginan masyarakat Indonesia untuk melihat Supersemar Asli tidak terpenuhi. Sudah tentu kemudian terbit buku salah seorang jenderal lagi, Jenderal M. Jusuf, juga tidak terungkap. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan Supersemar Asli ada di tangan Jenderal Soeharto.
Dalam hal ini Sejarawan Asvi Warman Adam menyarankan mencari di Jalan Cendana, di rumahnya Presiden Soeharto. Bagaimanapun menjelang berakhirnya masa jabatan Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden RI, hal besar dalam sejarah yang ditunggu tunggu masyarakat Indonesia, yaitu menghimbau pihak keluarga Cendana menemukan Supersemar yang asli. Sudah tentu peranan mantan Menteri Penerangan Harmoko sangat dinantikan untuk menemukan Supersemar Asli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H