Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Benarkah Jabatan Seorang Presiden di AS Lebih Penting dari Masalah Pribadinya?

Diperbarui: 10 Februari 2019   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jabatan seorang presiden di Amerika Serikat (AS) lebih penting dari masalah pribadinya. Itu anggapan lama. Itulah yang banyak ditulis di media AS mengenai hubungan presidennya dengan seorang perempuan. Apalagi jelang masa berakhirnya jabatan Presiden AS Donald Trump yang juga akan berakhir. Ia dilantik pada 20 Januari 2017, berarti sudah 23 bulan, dilewatinya sebagai orang nomor satu di negara adidaya tersebut.

Donald Trump memang disebut-sebut pernah berselingkuh, tetapi ia mengancam, jika kasusnya dibuka akan berpengaruh terhadap kenaikan harga di negaranya. Tetapi media lebih suka membicarakan tentang mantan Presiden AS Bill Clinton yang di "impeached" dalam bulan Desember 1998.

Clinton di saat-saat akan meninggalkan Gedung Putih mengakui bahwa dirinya berbohong di bawah sumpah dalam masalah perselingkuhan dengan Monica Lewinsky. Sebagai imbalan atas pengakuannya itu, Jaksa Penuntut Independen, yang menyelidiki kasus ini sepakat untuk meningkatkan upaya menuntut Clinton karena ia sudah melayani kepentingan bangsa. 

Dari sini dapatlah kita simpulkan, pelayanan terhadap negara lebih utama dari kepentingan pribadi. Bahkan pengganti Clinton, George Bush tidak terlalu mempersoalkannya. Sebenarnya pola berpikir ini harus berubah.

Memang benar bahwa Clinton harus membayar denda senilai 25.000 dolar AS dan izin prakteknya sebagai pengacara ditangguhkan selama lima tahun. Semula Clinton telah diminta mundur oleh Kongres dengan dakwaan berbohong di bawah sumpah, karena menghalangi jalannya keadilan. Namun pada saat ini, Senat menolak untuk memecat Clinton.

Pada waktu itu usia Bill Clinton ketika memenangkan pemilihan presiden, November 1992 masih muda, yaitu 46 tahun. Namua ia dapat memenangkan suara elektoral dan suara popular lebih karena ia tampan di mata kaum hawa? Benar. Karena Clinton sebelumnya sudah dikenai tuduhan dengan Linda Tripp yang bekerja di Departemen Urusan Umum Pentagon. Hanya Monica Lewinsky yang berani mengaku. Sangat kita sambit dengan baik, agar hal yang sama tidak terjadi lagi.

Sepertinya ucapan Presiden AS John F Kennedy, sebelum Clinton, "Kesetiaanku kepada partai berakhir, disaat kesetiaanku kepada negara bermula, " selalu  dipedomani rakyat AS.  Rakyat AS lebih mengedepankan apa yang dilakukan presidennya untuk kesejahteraan mereka. Sebenarnya banyak informasi tentang presidennya yang miring mengenai perempuan, tetapi tidak terlalu dipedulikan. Adagium ini harus dikaitkan juga dengan moral seorang presiden AS.

Clinton memang sebuah kasus yang buat kita di Dunia Ketiga menghebohkan, tetapi di AS tidak terlalu dihiraukan, asal presidennya mampu mengangkat harkat dan martabat, juga kehidupan rakyatnya. Itu dahulu. Mudah-mudahan pola pikir seperti ini harus mengalami perubahan.

Apakah kita mengenal kehidupan presiden sebelum Clinton, John F Kennedy? Juga sama.

Di dalam buku Elizabeth Abbott, berjudulb" Wanita Simpanan" terjemahan dari buku berbahasa Inggrisnya, "Mistresses: A History of the Other Women," ia mengungkap sangat jelas kehidupan mantan presiden AS John F Kennedy itu. Ia banyak bergaul dengan perempuan. Misalnya di halaman 462 buku ini dihubungkan dengan aktris Angie Dickinson. Juga diulas dengan kedekatannya bersama bintang film perempuan berbakat, Marllyn Monroe. Belum lagi kita berbicara tentang Presiden AS Dwight D. Eisenhower yang di buku ini halaman pendahuluan dijelaskan bahwa ia memiliki seorang "teman" yang sangat spesial, perempuan Inggris bernama Kay Sommersby.

Menjelang Pemilihan Presiden AS juga tidak lama lagi, karena masa jabatan di sana hanya empat tahun, tulisan-tulisan tentang affair Bill Clinton dengan Monica Lewinsky sebagaimana foto di atas muncul. Tetapi foto di sampingnya, ada Donald Trump. Apakah ia akan menghadapi jejak Bill Clinton yang pernah diadili gara-gara perempuan? Semua kita tunggu dan lihat. Jika pengadilan di AS terus mengadili masalah ini sebagaimana terjadi kepada Bill Clinton, maka sudah tentu agama juga menjadi dasar titik tolak untuk Presiden AS mendatang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline