Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Pendidikan di Papua Akan Mampu Mengubah Citra Bangsa di Luar Negeri

Diperbarui: 29 Desember 2018   17:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

daftarjurusan.id

Baru saja Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di San Francisco berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan perayaan natal yang diselenggarakan oleh IMAPA USA (Ikatan Pelajar Mahasiswa Papua di Amerika Serikat) di Everett, negara bagian Washington, pada 23-24 Desember 2018.

Bayangkan ada sebanyak 130 mahasiswa Indonesia berasal dari Papua di Amerika Serikat menghadiri rangkaian perayaan Natal dimaksud. Rangkaian kegiatan perayaan Natal 2018 dimulai dengan kegiatan ibadah keagamaan di hari pertama dan dilanjutkan dengan sesi loka karya (Meet and Greet with the Papuan Students) di hari ke-dua dan membahas topik "Pengembangan Pendidikan dan Penyediaan Lapangan Pekerjaan di Provinsi Papua".

Perayaan natal pada tanggal 23 Desember 2018 di Everett Community Church of God, negara bagian Washington, berlangsung meriah, diawali dengan ibadah keagamaan serta kutbah natal oleh Pendeta Aseri Kunnawave dari Fiji. Selanjutnya acara diramaikan dengan menyanyikan serangkaian lagu persembahan dan tarian bersama.

Dalam kesempatan tersebut, perwakilan dari Pemerintah Provinsi Papua, atas nama Gubernur Provinsi Papua yang berhalangan hadir, Laus D.C Rumayom,  menyampaikan apresiasi atas peluncuran organisasi IMAPA USA dan diharapkan organisasi dapat menjadi sarana untuk meningkatkan peran mahasiswa Indonesia asal Papua di AS untuk dapat menjadi agent of change agar dapat membangun provinsi Papua lebih baik lagi di masa mendatang.

Konsul Penerangan, Sosial dan Budaya KJRI San Francisco, Riena Dwi Astuty, dalam sambutannya menyampaikan bahwa perayaan natal sebagai momen berharga untuk berbagi kebahagiaan dan menyebarkan kedamaian di mana pun, terlebih dengan keberagaman bangsa Indonesia, diperlukan sikap saling mengasihi, menjaga, mendukung dan menghormati untuk terus menjaga persatuan NKRI.

Sementara itu, pada sesi loka karya di hari ke-dua, Konsul Penerangan, Sosial dan Budaya KJRI San Francisco memaparkan kunci sukses menuntut ilmu di luar negeri serta berbagai peluang kerja yang dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa dengan semakin pesatnya pembangunan infrastruktur di provinsi Papua dan kemajuan teknologi saat ini. Mahasiswa dapat memanfaatkan industri teknologi dan perusahaan start-up yang sedang berkembang pesat di Indonesia untuk dapat memajukan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Selanjutnya, Laus D.C Rumayom, S.sos, M.Si sebagai perwakilan dari Pemerintah Provinsi Papua, menyampaikan paparan mengenai Dinamika Pembangunan Papua. Ia mengajak Mahasiswa Papua untuk bangkit dan menjadi agen perubahan di mana Mahasiswa dituntut untuk mengembangkan pemikiran strategis demi menghadapi tantangan perubahan ekonomi global dan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Pada sesi tanya jawab, mahasiswa aktif bertanya seputar permasalahan pendidikan, dan potensi lapangan pekerjaan yang dapat digarap mahasiswa asal Papua di Indonesia setelah mereka menyelesaikan studinya. Mereka berharap dukungan dari perwakilan pemerintah RI di AS untuk dapat menjadi jembatan melalui pemberian informasi mengenai kesempatan magang di perusahaan-perusahaan start-up di Indonesia dan kemungkinan potensi kerjasama dengan perusahaan teknologi di AS.

Michael Anis Labene, Ketua IMAPA AS menyatakan dengan perkembangan usaha ekonomi berbasis teknologi yang semakin meningkat di Indonesia, mahasiswa Papua harus belajar mengenai potensi ini. Selain itu, program pemerintah saat ini sudah banyak membantu membuka akses konektivitas di Papua, dan hal ini merupakan saat yang tepat bagi generasi millenial Papua untuk masuk dan mempergunakan kesempatan yang telah tersedia untuk membangun provinsi Papua dan wilayah-wilayah lain di Indonesia.

Pendidikan merupakan langkah pertama seseorang untuk menjajaki kariernya lebih lanjut. Rakyat Papua sekarang cerdas-cerdas. Ketika Belanda masih menduduki Papua, dulu yang dilakukan adalah mendirikan di Papua. Indonesia juga setelah berperang dengan Belanda 19 Desember 1961 hingga 6 Agustus 1962 yaitu setelah Presiden Soekarno menghentikan pertempuran dengan Belanda, yang dilakukan adalah melahirkan sebuah universitas bernama Universitas Negeri Cenderawasih pada 10 November 1962. Sekarang, sudah tentu banyak universitas dan perguruan lain yang berdiri di bumi Cenderawasih itu. Tujuan utama tidak lain untuk mencerdaskan rakyat Papua, kelak diharapkan bisa membangun tanah kelahirannya sendiri. 

Ketika saya belajar di Universitas Cenderawasih, hingga 1979, saya menyaksikan sendiri Rektor dan dosen kebanyakan berasal dari Papua. Sungguh menggembirakan. Apalagi sekarang ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline