Komisi Pemilihan Umum (KPU) berhasil menyelenggarakan acara kampanye damai pada hari Minggu, 23 September 2018 di Monumen Nasional (Monas). Sudah tentu seluruh bangsa Indonesia dibawa ke suasana damai, karena sesuai tujuan KPU, yaitu ingin agar Pilihan Presiden dan anggota legislatif secara serentak 2019 berjalan dengan damai.
Untuk itulah semua peserta partai politik tidak diperkenankan membawa atribut atau berpakaian resmi partai politik masing-masing agar suasana tenang dan damai tetap terjaga di masa kampanye. Mereka berpakaian daerah untuk menunjukkan bahwa persatuan mereka terjaga dengan baik.
Tetapi suasana terusik dengan ketidakkonsistenan acara tersebut. Ternyata ada yang membawa bendera partai dan meneriakan salah satu calon presiden, sehingga mantan Presiden RI dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berpakaian daerah juga, terusik. Ia pulang. Sebuah tindakan yang saya anggap benar. Tidak boleh berbeda dengan apa yang direncanakan dan kenyataan di lapangan. Ini patut ditiru oleh generasi muda bangsa Indonesia.
Mengingat SBY, sudah tentu mengingat karya-karya lelaki kelahiran Kebumen, Pacitan, 9 September 1949 itu. Secara pribadi saya mengaggumi beliau yang memiliki gagasan-gagasan besar. Benar seorang pemimpin, seperti juga Bung Karno harus memiliki gagasan-gagasan besar. Saya mencatat dua gagasan besar beliau yang kemudian tidak dilanjutkan lagi atau ada rencana tetapi belum terealisi adalah adalah rencana membangun pusat olahraga di Hambalang dan Museum Pemerintahan Darurat Republuk Indonesia di Sumatera Barat.
Memang benar ketika sedang membangun pusat okahraga di Hambalang, banyak anggota Partai Demokrat terlibat dan bahkan dimasukkan dalam tahanan. SBY tetap tegar, silahkan jika ada di antara anggota partai bermasalah, proses secara hukum.
Satu lagi gagasan besar SBY yaitu ingin membangun Museum PDRI di Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota. Rencananya museum ini akan dilengkapi pertokoan dan lain-lain sehingga mempermudah jalur dari Payakumbuh ke Koto Tinggi atau sebaliknya. Saya ke sana pada 21 Oktober 2016. Waktu itu bayangkan sangat sulit kendaraan ke arah sana. Kecuali mobil pribadi.
Saya mendengar ada juga pengaruh korupsi di pembangunan Museum PDRI ini. Tetapi menurut saya, tuntaskan saja secara hukum seperti Hambalang. Tetapi saya belum mendengar ada yang dituduh korupsi. Sayang sekali dua proyek di masa pemerintahan SBY ini tidak dilanjutkan oleh siapa yang memerintah di periode sekanjutnya, karena bukankah uang dari rakyat yang terbuang percuma itu jika pembangunan dua proyek ini tidak berlanjut? Semoga Presiden terpilih 2019, ikut memikirkan hal ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H