Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Plagiat, Budaya Malas Berpikir Masih Terasa di Indonesia

Diperbarui: 29 Agustus 2018   09:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumbar.antaranews.com

Berita tentang dugaan (sekali lagi, dugaan) plagiat seorang Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof Dr Fathur Rokhman mencuat ke permukaan setelah hal tersebut dilaporkan pihak universitas ke kepolisian.

Pihak universitas tidak menerima tuduhan plagiat terhadap rektornya. Tetapi pihak yang dilaporkan, media sosial (on line) "serat.id, " dibela Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah dan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Semarang dalam pernyataan sikap bersama. Intinya pihak universitas menyalahi prosedur, karena hal-hal yang berkaitan dengan wartawan, pengaduan dialamatkan kepada Dewan Pers, bukan ke kepolisian.

Pihak polisi sedang meneliti, apakah media on line ini memang benar media on line yang resmi terdaftar. Jika benar, berkemungkinan besar Dewan Perslah yang menanganinya. Jika tidak resmi, maka pihak kepolisianlah yang berhak mengatasinya.

www.liputan6.com

Inilah Rektor Unnes, Prof Dr Fathur Rokhman. Ia dituduh atau disangkakan menjiplak (plagiat) tulisan mahasiswanya. Hal seperti ini bukan sekali ini saja kita dengar. Sudah banyak para dosen sebelumnya yang berasal dari berbagai universitas dituduh melakukan plagiat. Sungguh memprihatinkan.

www.kompasiana.com

Plagiat ini dilakukan hanya karena kita malas berpikir dan segala hal cepat tersaji. Saya pribadi pada tanggal 12 Juli 1996 pernah mengadukan plagiat ini kepada Ketua Dewan Kehormatan PWI tentang plagiat harian "Merdeka," setelah pendiri media perjuangan itu, Burhanudin Mohamad (BM) Diah meninggal dunia.

Setelah B.M.Diah meninggal dunia, Pemimpin Redaksi harian "Merdeka," dipegang oleh menantu almarhumm, yaitu Tribuana Said. Memang saya waktu itu merasa kecewa dengan penerbitan harian "Merdeka," edisi 11 Juni 1996, 14 Juni 1996 dan 16 Juni 1996. 

Di sini terlihat seakan-akan di dalam tulisan itu dilakukan oleh wartawan tahun 1996 tersebeut. Sebenarnya seluruh tulisan itu diambil dari halaman buku yang saya tulis pada tahun 1992, "Butir-Butir Padi B M Diah."

Dewan Kehormatan PWI yang waktu itu diketuai Sjamsul Basri dan Sekretaris, R H.Siregar menjembataninya. Saya yang menyaksikan keseriusan Pemred Harian "Merdeka," Tribuana Said  dan Dewan Kehormatan PWI mengatasinya, bersedia berdamai. Oleh karena itu, memang benar, segala hal yang menyangkut pers diselesaikan melalui Dewan Pers.

medium.com

Memang budaya malas berpikir para intelektualnya perlu diubah. Ada dana pemerintah yang disediakan buat mempromosikan hasil penelitian di setiap kementerian, meski tidak sebanyak yang diharapkan.

Buat seorang wartawan, memang harus jelas sumbernya diambil. Mengambil alih pendapat seseorang tanpa sumber otentik pun akan menjadi bumerang di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline