Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Arab Saudi Mulai Yakin Kestabilan Indonesia

Diperbarui: 26 Februari 2017   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia pada 1-9 Maret 2017 boleh dikatakan sebagai keberhasilan Indonesia dalam menerapkan politik luar negeri bebas dan aktif. Mengapa demikian?

[caption caption="Raja Arab Saudi (Foto Reuters)"][/caption]

Raja Arab Saudi, Salman kini sudah berusia 81 tahun.Sistem kerajaan di Arab Saudi agak bebeda dengan sistem kerajaan yang pernah ada di dunia.Terutama apakah yang menjadi pengganti raja yang mangkat atau tidak mamu melaksanakan tugasnya adalah puteranya? Tidak demikian.Yang diutamakan adalah kemampuan.Jika putera beliau tidak dianggap mampu, maka yang dipilih bisa keponakan beliau.Intinya, jika putera beliau dianggap tidak mampu, maka dipilih salah seorang putera dari keluarga besar kerajaan.

Saya menilai kunjungan Raja Salman ke Indonesia menunjukkan betapa stabil dan amannya negara ini dipandangan Arab Saudi.Bayangkan, selama 48 tahun setelah kunjungan Raja Faisal ke Indonesia, belum ada lagi yang berkunjung setingkat kepala pemerintahan Arab Saudi. Apalagi kunjungan tersebut melibatkan 1.500 orang, di antaranya 10 menteri dan 25 pangeran.Saya tidak tahu, apakah Raja Arab Saudi pernah membawa rombongan sebanyak ini.Yang, jelas Indonesia dipandangan Arab Saudi semakin penting di dunia internasional.

Ketika Timur Tengah goncang karena aksi teror yang dilakukan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), maka Indonesia boleh dikatakan aman meski memang ada riak-riak kecil, tetapi cepat diantisipasi.Masalah keamanan inilah yang membuat negara-negara di dunia merasa aman berinvestasi di Indonesia.

Faktor lainnya sudah tentu dengan adanya kebijakan luar negeri Indonesia bebas dan aktif. Nagara Indonesia bebas melakukan hubungan dengan negara mana pun, asalkan menguntungkan buat Indonesia dan negara tersebut.Hal ini mengingatkan kita akan peranan Menlu Adam Malik atau semasa menjadi Dubes Indonesia untuk Uni Soviet terutama ketika memperjuangkan kembalinya Irian Barat ke Indonesia. Amerika Serikat di bawah Presiden Kennedy harus menekan Belanda sekutunya dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mau berunding dan menyerahkan Papua ke Indonesia. Waktu itu juga Uni Soviet (sekarang Rusia) ikut membantu persenjataan Indonesia telah menuju Irian Barat, dalam rangka membantu Indonesia.

Politik Luar Negeri Bebas Aktif itu juga tetap berlaku sekarang.Lihatlah hasil kunjungan Presiden RI Joko Widodo pada 14 Desember 2016 ke Iran dan bertemu Presiden Iran Hassan Rouhi dan Pemimpin Agung Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei juga menghasilkan beberapa kesepakatan antara Indonesia dan Iran. Jika kita mengikuti perkembangan antara Iran dan Arab Saudi, kedua negara tersebut sering berseteru. Bagaimanapun kita berterima kasih kepada para pemikir bangsa yang telah merumuskan politik luar negeri bebas dan aktif.

[caption caption="Presiden Soekarno dan Kennedy (Dokumentasi)"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline