[caption caption="Makam Ibu Herawati dan suaminya (Foto CNN Indonesia)"][/caption]
Selesai sholat Jumat, 30 September 2014, pelan-pelan jenazah ibu Herawati Diah dibawa dari rumah kediaman beliau ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Langit sedikit mendung seakan-akan ikut bersedih akan kepergian almarhum.
Sebelumnya, peristiwa yang sama pun pernah terjadi ketika iring-iringan jenazah almarhum Bapak Burhanuddin Muhammad (BM) Diah dibawa menuju Taman Makam Pahlawan Kalibata.Sebagaimana terlihat di foto atas, makam ibu Herawati persis berdampingan dengan makam Bapak BM Diah. Sepintas, biasa- biasa saja.Tetapi buat saya, ini merupakan hal luar biasa.Karena peranan Sang Pencipta ikut di dalamnya. Ini merupakan wujud keabadian yang saya sebut cinta agung seorang perempuan bernama Herawati dan namanya selalu disandingkan dengan nama suaminya BM Diah, Herawati Diah.
Ketika semua orang sudah pulang ke tempat tinggalnya masing-masing, saya merenung bahwa makam ini mirip seperti bangunan di Taj Mahal di Agra, India. Bangunan megah yang diperuntukkan untuk sang isteri sebagai tanda kesetiaan.
Perjalananan ibu Herawati bersama sang suami, menurut saya lebih dari bangunan di Taj Mahal itu.Saya menyebutnya cinta agung yang diperlihatkan ibu Herawati kepada suaminya, BM Diah.Mengapa tidak? Ketika rintangan melanda hubungan mereka berdua, ibu Herawati tetap tenang.Suaranya yang lemah lembut yang ditujukan kepada saya tidak pernah hilang.Siapa yang pernah membaca buku saya "Butir-Butir Padi B.M.Diah," terutama para perempuan tentu tidak bisa menerima Bab XI di buku tersebut. Judul "Lingkaran yang Bulat," tersebut 100 persen bukan tulisan saya, tetapi selainnya merupakan tulisan saya.
Saya menyadari betul dampak dari tulisan tersebut. Tetapi karena naskah lain sudah dicetak di penerbitan Pustaka Merdeka pimpinan Pak BM Diah, buku itu terbit juga.Naskah yang sudah dicetak selain hasil wawancara langsung dengan Pak Diah, di mana hampir setiap kali saya wawancara di ruangan beluau, ada naskah dari A H.Nasution, S.K Trimurti, Hardi, Ibnu Sutowo, Manai Sophiaan, Ridwan Saidi, Aristides Katoppo dan komentar beberapa Duta Besar negara sahabat yang ada di Jakarta. Apakah saya menolak tulisan tangan Bapak BM Diah yang ada di Bab XI dan kemudian buku bisa saja tidak terbit karena beliau adalah juga pimpinan Penerbit Pustaka Merdeka?. Tidak. Terbitnya buku saya merupakan komitmen yang telah saya berikan kepada tokoh-tokoh terkenal dan pernah saya wawancarai sebelumnya itu.
[caption caption="Buku BM Diah (Arsip)"]
[/caption]
Buku saya terbit.Almarhum BM Diah meluapkan rasa senangnya. Saya ditawari berkunjung ke Amerika Serikat. Tawaran itu saya tolak, karena bersifat jalan-jalan. Saya bilang akan membantu desk luar negeri di Harian " Merdeka," dan nanti saja saya minta berkunjung ke luar negeri. Almarhum BM Diah menganggukan kepala, tanda setuju.Pada bulan September 1992, saya minta kepada Pak Diah untuk meliput (bukan jalan-jalan) ke Irak. Beliau setuju. Saya minta melalui Moskow, beliau juga setuju. Hasil perjalanan saya terangkum dalam buku "Saddam Hussein Menghalau Tantangan."
[caption caption="Buku Saddam Hussein oleh Dasman Djamaluddin (Arsip)"]
[/caption]
Kembali kepada almarhum Ibu Herawati Diah. Terbitnya buku saya, sangat mengagetkan beliau. Tetapi saya sebutkan alasannya dan beliau memahami. Saya hanya katakan, saya menulis buku bapak. Saya sarankan agar Ibu Herawati menulis buku. Saran saya diterima.
Hubungan saya tetap baik dengan Ibu Herawati. Ketika Pak Diah meninggal dunia, saya tidak hadur. Menurut seorang teman sesama wartawan yang pernah di Harian Merdeka, Ibu Herawati bertanya kenapa saya tidak hadir untuk melayat almarhum Pak Diah. Saya hanya menulis di Harian "Merdeka," Selamat Jalan B.M.Diah. Buat seorang manusia, hubungan batin saya dengan Ibu Herawati tetap berjalan. Klimaksnya ketika para mantan wartawan Merdeka Sangaji 11 menulis sebuah buku dan merayakan 99 tahun Ibu Herawati Diah, saya dua kali berjabat tangan. Itulah akhir dari pertemuan saya dengan almarhumah. Selamat Jalan Ibu Herawati Diah.Semoga Allah menilai dari ketabahan menghadapi cobaan selama ini. Dimasukanlah ke surga yang telah Engkau janjikan. Aamiin...!!!