Sebelum Irak di invasi pasukan Amerika Serikat (AS) yang menjadi Duta Besar untuk Indonesia terakhir di masa kepemimpinan Presiden Irak Saddam Hussein adalah Dr.Sa'doon al-Zubaydi. Ia adalah mantan kepala penterjemah Presiden Irak tersebut. Terlihat dalam foto di atas, saya bersama beliau sedang mendiskusikan perkembangan terakhir di Irak di Kedutaan Besar Irak di Jakarta. Itu terjadi setelah saya mengunjungi negara itu pada bulan Desember 1992.
Apa yang saya alami di negara 1001 malam itu? Menyaksikan penderitaan rakyat Irak setelah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberlakukan sanksi ekonomi dan membatasi larangan terbang sepanjang garis paralel 36 di Utara dan garis paralel 32 Selatan Irak. Dampak larangan terbang tersebut berpengaruh besar terhadap siapa saja yang datang ke Irak. Bandara Baghdad ditutup dan jalan satu-satunya menuju Irak hanya melalui Jordania, tetangga Irak yang tetap bersahabat di saat-saat Irak dalam kesulitan. Berapa jarak yang ditempuh? Secara keseluruhan 885 kilometer dan bisa ditempuh, ketika itu saya menempuhnya dengan taksi dari ibukota Jordania (Amman) ke ibukota Irak (Baghdad) sekitar 13 jam.
Situasi kota Baghdad terasa sejuk dan aman. Meski AS menyerang Irak, tetapi Presiden Irak Saddam Hussein masih berkuasa. Menurut Menteri Industri Perlogaman Irak, Amir al-Saadi yang bersedia menerima saya dalam sebuah wawancara khusus, terjadi serangan udara AS sebanyak 72 kali di pusat-pusat penting pemerintahan dan pusat perbelanjaan rakyat. Pemboman tanggal 19 Januari 1992 itu membuat rakyat Irak menderita. Sanksi yang diberlakukan kepada Irak tidak pernah dicabut. Malah serangan AS beserta sekutunya terutama Inggris itu yang terakhir di masa Presiden AS George Walker Bush berkuasa, berhasil menggulingkan pemerintahan Presiden Irak Saddam Hussein pada April 2003. Orang kuat di Irak itu pada Sabtu, 30 Desember 2006 dijatuhi hukuman mati dengan digantung.
Berakhirlah sudah era Saddam Hussein. Saya sempat juga menyaksikan Irak pasca Saddam. Pada bulan September 2014, saya diundang Dubes Indonesia untuk Irak, Letjen Mar (Purn) Safzen Noerdin. Menyedihkan, Irak betul betul dalam suasana darurat. Bom mobil sering meledak. Kembali rakyat Irak menjadi korban.
Baru baru ini mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair meminta maaf atas serangan ke Irak yang dipimpin AS. Ia tidak menyangka kejadiannya bertambah rumit, di mana Irak selalu kacau. Memang benar yang diungkapkan Tony Balir setelah Presiden Irak Saddam Huseein digantung. Muncul Negara Islam di Irak dan Suriah yang diawali dulu di Irak tahun 2006 berpusat di Baquba, Provinsi Diyala. Selanjutnya tanggal 9 April 2013, Abu Bakar al-Baghdadi mendeklarasikan berdirinya Negara Islam di Baghdad dan Suriah.
Perkembangan terakhir Perdana Menteri Inggris di masa Tony Blair berkuasa, yaitu John Prescott yang minta maaf setelah pada hari Rabu, 6 Juli 2016 mengungkapkan seluruh hasil penyelidikan selama 7 tahun bahwa serangan yang dilakukan AS dan Inggris ke Irak ilegal. Buktinya senjata pemusnah massal sebagaimana dituduhkan tidak ditemui di Irak. Partai Buruh di Inggris melalui pemimpinnya juga meminta maaf. Memang benar apa yang dikatakan pengamat bahwa serangan ke Irak demi minyak. Presiden Irak adalah korban dari perebutan sumber minyak di Irak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H