Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Rusia Kembali Berusaha Jadi Adidaya

Diperbarui: 10 Oktober 2015   17:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Karikatur Rusia masuk ke Suriah (AJE NEWS)"][/caption]Judul  ini diambil dari tulisan saya di Harian Suara Karya, Senin, 19 Maret 2001.  Pada waktu itu  Presiden Iran Mohammad Khatami melakukan  kunjungan empat hari  ke Rusia yang dimulai hari Senin, 21 Maret 2001. Saya menganggapnya, inilah awal kebangkitan Rusia untuk kembali  menjadi  adidaya.

Kunjungan Khatami ke Rusia itu merupakan kunjungan pemimpin Iran pertama ke Moskwa dalam waktu hampir 40 tahun.  Dalam kesempatan kunjungan tersebut, Iran berniat membeli peluru kendali (rudal)  pertahanan  udara S-300, jet tempur, helikopter, perahu patroli dan berbagai persenjataan  lainnya.

Sebelumnya banyak yang menganggap, Rusia sudah  terpecah belah  dan  tidak mampu lagi mengembalikan dirinya sebagai negara adidaya. Perekonomian Rusia ketika saya ke  Moskwa  pada bulan Desember 1992   memang sangat memprihatinkan. Waktu itu, masa depan Moskwa tidak ada yang tahu  dikarenakan  negara-negara bagian Uni Soviet (nama negara ini, waktu itu)  mulai memisahkan diri dari Kremlin (pusat pemerintahan Uni Soviet/Rusia).

Sebelum saya ke Uni Soviet, sekarang Rusia, saya  juga  menulis di Harian Sriwijaya Post, Palembang, Kamis, 22 Agustus 1991. Judul tulisan saya, “Antara Gorbachev, Lenin, dan Pembaruan Uni Soviet.” Saya menjelaskan bahwa Uni Soviet bukanlah negara kecil. Peradaban Timur telah bercokol di sana selama bertahun-tahun. Kaya akan sumber alam, penghasil gandum terbesar di dunia, produsen baja, bahan baku dan bahan bakar serta mampu menampilkan diri sejajar dengan negara-negara Barat dalam bidang ruang angkasa.

[caption caption="Valdimir Putin (Reuter)"]

[/caption]
Saya juga menyinggung nama Gorbachev dan menegaskan bahwa dia adalah penganut Lenin yang setia.Pada dasarnya Gorbachev telah berani mencoba “Perestroika,” dan merumuskan prinsip dasar-dasarnya. Meskipun pada akhirnya, rakyatnya tidak memahami apa yang dilakukannya. Ia pun mengundurkan diri sebagai presiden pada Desember 1991. Banyak yang mengatakan bahwa ia mengundurkan diri karena masalah kesehatan.

Jadi  kekuasaan di Kremlin pada waktu saya ke Moskwa sudah dipegang oleh Wakil Presiden Gennady Yanayev.  Wakil Presiden Uni Soviet itu pun tidak lama memegang  jabatannya  karena pada tanggal 12 Juni 1991 Boris Yeltsin Nikolayevich terpilih berdasarkan suara sebagai Presiden Rusia Soviet Federasi Republik Sosialis (RSFSR).
[caption caption="Saya di Moskwa, Desember 1992 (Dokumentasi)"]

[/caption]

Yeltsin muncul di bawah perestroika/ reformasi sebagai salah satu lawan politik yang paling kuat Gorbachev. Setelah pengunduran diri Mikhail Gorbachev dan final pembubaran Uni Soviet pada tanggal 25 Desember 1991, setelah itu RSFSR menjadi negara berdaulat Federasi Rusia, Yeltsin tetap di kantor sebagai presiden. 

Jadi kepergian saya ke Uni Soviet, istilah sudah berganti dengan Rusia di bawah Yeltsin. Pada akhirnya nasib Yeltsin tidak jauh berbeda dengan Mikhail Gorbachev. Pada tanggal 31 Desember 1999, di bawah tekanan internal yang besar, Yeltsin mengumumkan  pengunduran dirinya, meninggalkan kursi kepresidenan dan menyerahkan pimpinan Rusia ke tangan Perdana Menteri Vladimir Putin yang sebelumnya telah dipilih. 

Terpulihnya Putin sangat tepat bagi Rusia. Mikhail Gorbachev ketika bertemu dengan Putin pada bulan Agustus 2000 memastikan dia tidak akan merusak Demokrasi Rusia. Begitu pula Boris Yeltsin menyatakan Putin kepada seluruh rakyat Rusia dengan berkata bahwa "Dia dapat mengulangi kejayaan Rusia yang baru pada abad 21". Sergei Stepashin, pejabat yang digantikannya mengatakan bahwa dia seorang yang jujur. Bahkan , mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton mengatakan dia mampu untuk menjadikan Rusia sebagai negara yang berprospek dan kuat. 

Terlepas dari itu semua, Putin memang bermaksud mengembalikan kejayaan Rusia yang masih dirindukan rakyat Rusia pada masa Uni Soviet. Dia mengganti lagu kebangsaan Rusia pada masa Yeltsin, "Patriotiskaya Pesn", atau lagu patriotik yang tanpa lirik dengan menggunakan lagu kebangsaan Uni Soviet "Gimn Sovetskogo Soyuza" Hymne Uni Soviet dengan mengganti liriknya menjadi "Gimn Rossiyskaya Federatsiya” atau Hymne Federasi Rusia” dengan memakai aransemen musik pada masa Uni Soviet.

[caption caption="Kejayaan Uni Soviet/Rusia terlihat di sini (Foto:Dasman Djamaluddin/1992)"]

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline