Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Lebih Baik Indonesia-Australia Kembali Selesaikan Masalah Bersama-sama

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1391787596257520648

[caption id="attachment_321272" align="aligncenter" width="282" caption="Diperlukan langkah bersama kedua negara (Indonesia-Australia) ke depan untuk kembali bekerjsama, terutama dalam hal menangani bersama manusia "][/caption] Menjelang akhir  pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan menjelang diselenggarakannya  pesta demokrasi di Indonesia, kita dikejutkan oleh serangkaian peristiwa tidak mengenakan. Masuknya  kapal perang Australia ke perairan Indonesia di satu sisi memang sangat memprihatinkan bangsa Indonesia. Tetapi di sisi lain, boleh jadi hal ini menjadi pelajaran buat para pemimpin bangsa kita ke depan bahwa hubungan antar negara tidak harus diselesaikan dengan emosional. Hubungan Indonesia-Australia memang sempat mendingin setelah terungkap penyadapan Australia terhadap para pemimpin Indonesia. Namun demikian kalau kita melihat peranan sebuah intelijen hal tersebut biasa-biasa saja. Sadap menyadap bukan merupakan hal aneh jika kita berbicara mengenai dunia intelijen. Saya memang sangat menyayangkan, mengapa hal itu berdampak terhadap kerjasama yang sedang kita lakukan dengan Australia. Khususnya membatalkan membicarakan apa yang disebut mencegah masuknya  "manusia perahu," ke kedua negara. Itulah sebanarnya yang terjadi baru-baru ini, bahwa Australia juga tidak ingin dijadikan tumbal pusat penampungan "manusia perahu." Sementara Indonesia demikian pula halnya. Sehingga karena kerjasamanya dibatalkan, Australia dengan semena-mena melakukan pengusiran "manusia perahu itu," masuk ke wilayah Indonesia. Jadi bangsa kita yang jadi korban. Permasalahan yang muncul kemudian, kita pun kembali marah. Sebaiknya bangsa ini jangan selalu melakukan tindakan emosional semata-mata. Bermainlah di dunia strategi yang cantik. Berdiplomasilah dengan berbagai negara, khususnya dengan Australia yang menjadi tetangga dekat  Indonesia. Australia tidaklah sendirian dalam melakukan aktifitasnya. Bahkan kerjasama Australia-Amerika Serikat nampak jelas, ketika Presiden SBY sedang kesal-kesalnya  bicara penyadapan, Menlu Australia bertemu Menlu Amerika Serikat. Pun dengan Singapura dan Malaysia. Pemberian dua kapal perang  kepada Malaysia sebagai hadiah dari Australia, merupakan hubungan sangat dekat di antara negara-negara persemakmuran itu. Persoalan mendasar bangsa ini ke depan, yaitu memperkuat sistem pertahanan di segala lini. Ya, bagaimana pun dengan situasi seperti ini Indonesia hendaknya lebih banyak berdiplomasi ke luar. Tidak setiap masalah harus segera ditanggapi dengan emosional. Jika bicara penyadapan, bukan hanya Indonesia yang disadap? Jerman juga, tetapi hubungan kedua negara antara Amerika Serikat dan Jerman tetap terjalin baik. Kerjasama di antara ke dua negara pun tidak langsung dibatalkan hanya dikarenakan masalah intelijen tersebut. Pun kalau yang terjelek terjadi, misalnya perang, apakah kita sudah siap? Bagaimanakah kekuatan kita sebenarnya? Itulah sebabnya jauh-jauh hari kita sebenarnya sudah memikirkan hal ini. Iran, misalnya sebagai sebuah negara berdaulat dan independen, sudah siap dalam segala hal. RRC menambah anggaran pertahanannya, semata-mata ingin menjadi penyeimbang kekuatan Barat. Mudah-mudahan ke depan, bangsa ini semakin menjadi berdaulat di berbagai bidang. Itulah sebabnya, menurut saya, kita  sebaiknya menjalin kembali hubungan dengan Australia di detik-detik terakhir Pemerintahan SBY. Jangalah luka lama terlalu dipendam dikarenakan permasalahan dunia intelijen. Dunia abu-abu. Sulit membuktikannya. Memang untuk menyelesaikan setiap permasalahan perbatasan hanya bisa dilakukan  oleh kedua negara bersahabat.Tidak ada cara lain.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline