Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Anton Tabah dan Dilema Menjadi Ajudan Pak Harto

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1399696864356746483

Brigjen (Pol) Anton Tabah baru saja kehilangan ibu yang disayanginya. Saya baru mendengarnya ketika mengontak beliau, pada Kamis, 8 Mei 2014 sesuai janji untuk mengadakan pertemuan dengan seseorang di Mabes Polri. Namun jawab Anton Tabah di ujung telepon: “ Saya lagi berduka Pak. Kita tunda saja. Ibu saya meninggal dunia , Selasa, 6 Mei 2014, diusia 92 tahun.

Pertemuan kami ditunda. Saya ikut merasakan, betapa sedihnya seorang Anton Tabah ditinggal oleh ibunya yang selama ini sangat disayanginya. Lalu pun saya teringat, betapa peran ibunya  (Hj.Wasinem) sangat besar ketika Anton Tabah pernah menceritakan kegalauannya ketika ia ditunjuk Kapolri untuk menjadi Ajudan Pak Harto yang baru saja lengser jadi Presiden RI.

Sebelumnya memang lebih dari 3 dekade Pak Harto  memegang pimpinan tertinggi negeri ini. Tetapi pada hari ,Kamis, 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB kekuasaan itu dilepas, akibat gencarnya tuntutan reformasi di segala bidang dan meminta Pak Harto mengundurkan diri sebagai Presiden.

Pak Harto pada pukul 09.05 WIB  membacakan pidato "pernyataan berhenti sebagai Presiden RI”. Kekecewaaanya tergambar jelas dalam pidato pengunduran dirinya......"Saya telah menyatakan rencana pembentukan Kabinet Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan VII,namun demikian kenyataan hari ini menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud,karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana pembentukan komite tersebut.Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara sebaik-baiknya tadi,saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkanya Komite Reformasi,maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi.

Dengan memperhatikan keadaan tersebut di atas,saya berpendapat sangat sulit bagi saya untuk menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik.Oleh karena itu dengan memperhatikan Pasal 8 UUD 45 dan secara sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan DPR dan pimpinan fraksi-fraksi yang di dalamnya,saya memutuskan untuk berhenti dari jabatan sebagai Presiden RI."

Dapat dibayangkan, bagaimana di saat-saat situasi seperti ini Anton Tabah mendapat perintah menjadi Ajudan Pak Harto. Situasi pada waktu itu belum kondusif. Saat-saat seperti ini sudah tentu jika tidak berhati-hati memperoleh protes di sana sini. Untuk itu Anton Tabah sendiri gundah. Ia memutuskan pulang ke kampung halamannya dan disaat-saat seperti inilah peran Ibu sangat menentukan buat kestabilan bathin.

Tahun 1998, Anton Tabah pulang ke kampung halamannya, Yogyakarta. Pada waktu itu sudah tengah malam, ia dapati ibunya sedang solat tahajud.  Setelah solat tahajud dengan doa-doanya, Simbok menyapaku “Ada apa Le kok pulang selarut ini?’ tanyanya dengan lembut. Le adalah kependekan dari kata Thole, biasa Simbok kalau memanggilku, ujar Anton Tabah. Lalu saya jawab, lanjut Anton, ”Begini Mbok, saya mendapat tugas baru, mendampingi Pak Harto di Jakarta. Saya mohon petunjuk, Mbok.”

Memang ini pulalah teladan dari seorang Anton Tabah. Ibu adalah tempat mengadu jika kehidupan di dunia ini terasa sesak. Ketika dunia ini sempit, dilematis. Ketika kepada Allah SWT telah kita pasrahkan hidup ini, maka memang ibu adalah tempat yang nyaman untuk berbagi.

Ibu Anton Tabah, terdiam lama dan terus melanjutkan wirid Asmaul-Husna dengan khusyuk. Setelah sholat Shubuh, simbok baru dialog dengan saya, terang Anton Tabah. Setelah merenung dan meminta mohon petunjuk Allah SWT, si ibu berkata:”Le. Kalau itu perintah pimpinan, laksanakan! Mendampingi orang besar yang sedang susah jauh lebih mulia ketimbang mendampingi orang besar yang sedang senang.”

Ada hal menarik lagi selain menceritakan mengenai ibunya yang baru saja meninggal dunia, Anton Tabah juga setelah jadi ajudan Pak Harto  menghadapi dilema  ketika Habibie yang sudah diangkat menjadi Presiden RI ingin menjenguk Pak Harto sakit. Inilah dialog  antara dua ajudan:

Ketika Ajudan Presiden Habibie, Kolonel Halba Rubis Nugroho menelepon saya, ujar Anton Tabah yang mengabarkan bahwa Presiden akan membezuk Pak Harto, “saya pun menjawab apa adanya.” Pesan keluarga Cendana, tegas Anton Tabah, “Pak Presiden tidak boleh bezuk, mohon doanya saja.” Bahkan ajudan Presiden bilang: “Yang akan bezuk ini adalah Bapak Presiden Republik Indonesia.” Anton Tabah balik menjawab:” Saya tahu mas.” Tetapi tetap saja Ajudan Presiden ngotot sambil mengatakan:” Bagaimana pun walau ditolak, Bapak Presiden akan bezuk Pak Harto.”

Kemudian Anton Tabah tidak kehilangan kata-kata.” Okelah mas, tetapi apa tidak malu nanti dimuat media massa sedunia Presiden mau mau bezuk tetapi Pak Harto menolak?.” Ternyata setelah pulang dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, Bapak Presiden tidak jadi bezuk Pak Harto. Sepertinya alasan Anton Tabah bisa diterima Presiden Habibie, karena malu juga jika ditolak, bagaimana menanggapi media massa yang berjudul:"Presiden RI Ditolak Bezuk Pak Harto."

[caption id="attachment_335685" align="aligncenter" width="526" caption="Kiri: Anton Tabah sedang berduka (kaca mata hitam).Tengah: Kapolda DIY Jenderal Haka. Kanan: Marsekal Wiguno (Paman Anton) /Foto: Anton Tabah"][/caption]

Sepertinya menurut analisa saya, permasalahan Pak Harto dengan Habibie setelah Pak Harto lengser semakin melebar. Apalagi kalau kita berbicara ketika Pak Harto dirawat intensif, saat-saat menjelang ajalnya. Kalau tidak salah Habibie yang juga sudah lengser dan Harmoko ditolak bertemu Pak Harto. Hal ini sesuai juga dengan pernyataan Laksamana Soedomo (Almarhum)  kepada saya  saat bercerita secara pribadi di rumahnya sebelum meninggal dunia, bahwa Habibie, Harmoko dan Ginanjar Kartasasmita memang tidak lagi diizinkan menjenguk Soeharto. Apakah ketiga orang ini dikategorikan Pak Harto sebagai penghianat saat lengser? Wallahualam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline