Ditulis oleh: Sudarsono M.I. (Dosen Senior di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FPBS UPI)
Yang dimaksud kendala adalah faktor-faktor yang menghambat proses atau yang menyebabkan proses tidak memberi hasil maksimal. Dalam hal ini kendala menyebabkan pembelajaran tidak mengembangkan kompetensi seperti yang dikehendaki.
Karena merdeka pada dasarnya adalah pekerjaan pikiran (mind works) maka kendala untuk merdeka sebenarnya adalah kendala pikiran. Pikiran bekerja dengan membuat hubungan-hubungan baru atau menciptakan realitas simbolis baru dari hubungan-hubungan yang ada.
Belajar lazimnya dipandang sebagai aktivitas siswa, mengajar aktivitas guru, dan pendidikan aktivitas umum yang lebih abstrak dan all-encompassing yang di dalamnya terliput berbagai faktor baik internal maupun eksternal, didaktik-pedagogis maupun non-didaktik dan non-pedagogis.
Untuk mengefektifkan tulisan pendidikan di sini dirujuk kegiatan intinya saja, yakni pendidikan sebagai "kegiatan-siswa-belajar", yang guru berperan untuk mendesain akses dan sekolah (kampus) meng-enable akses.
Jadi sederhananya: pendidikan adalah membuat siswa belajar dan kendala pendidikan adalah segala hambatan yang menyebabkan gagalnya kegiatan-siswa-belajar. Kegagalan guru mendesain akses akan berujung pada gagalnya kegiatan-siswa-belajar; gagalnya kepemimpinan sekolah (kampus) memahami fungsi "to enable access" akan berimbas pada gagalnya kegiatan-siswa-belajar.
Kendala akses pertama: ketika lingkungan tidak kondusif
Lingkungan pendidikan bisa manifest by-chance, bisa by-design. By-chance artinya lingkungan sudah ada tanpa perlu dipersiapkan terlebih dahulu sebelumnya, tanpa harus menjawab pertanyaan what-why-how here/there. By-design artinya lingkungan dipersiapkan lebih dulu dengan matang sesuai kaidah-kaidah didaktik-pedagogis. Lingkungan seperti ini dirancang dengan sadar, berbasis ilmu dan kearifan, untuk memenuhi semua keperluan agar proses pembelajaran berlangsung efektif.
Lingkungan kelas (sekolah, kampus) by-design memiliki dimensi struktur dan kultur. Disebut berdimensi struktur karena kelas adalah komponen organik institusi di atasnya dengan garis hierarki dan fungsi yang jelas. Konten materi dan segala sesuatu yang terkait dengan satuan operasional pembelajaran adalah fragmen (albeit focal) dari keseluruhan ekosistem yang besar.
Disebut berdimensi kultur karena nilai dan norma yang melandasi praktek-praktek pembelajaran di kelas adalah hasil konvensi yang membentuk tradisi, dan akibat langsung dari sistem "kesadaran" yang dibangun oleh unit-unit pikiran dari waktu ke waktu. Dimensi kultur mewarnai sikap dan ideolektik baik dalam materi, media, prakondisi, maupun skenario pembelajaran.
Kedua dimensi lingkungan ini akan membentuk dan memberi warna proses dan hasil pembelajaran. Uniknya, guru berdiri di atas dua kaki: sebagai bagian dari struktur sekolah yang adalah perpanjangan tangan kekuasaan organisasi sekolah dan lembaga di atasnya; namun di sisi lain ia juga berposisi sebagai bagian dari dari siswa dalam konteks skenario pembelajaran (guru-proses-murid): guru mengajar dan murid belajar dalam kesatuan proses.