Sejauh pemahaman penulis tentang doa sholat istikhoroh, nampaknya sholat istikhoroh bersufat personal. Hal ini tetligat dari semua dhomir pd doa istikhoroh merujuk pd personal spt khoirulii, diinii, ma'asyii, amrii, jangan andalkan istikhoroh orang lain. Perhatikan doa istikhoroh berikut :
Alloohumma innii astakhiiruka bi'ilmika wa astaqdiruka biqudrotik, wa as-aluka min fadhlikal adhiim, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru wa ta'lamu wa laa a'lamu wa anta 'alaamul ghuyuub. Alloohumma in kunta ta'lamu anna haadzal amro khoirun lii fii diinii wa ma'aasyii wa 'aaqibati amrii faqdurhu lii wayassirhu lii tsumma baariklii fiih. Wa in kunta ta'lamu anna haadzal amro syarrun lii fii diinii wa ma'aasyii wa 'aaqibati amrii fashrifhu 'annii washrifnii 'anhu waqdur lil khoiro haitsu kaana tsumma ardlinii.
Yang artinya "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kekuasaan-Mu (untuk menyelesaikan urusanku) dengan kodrat-Mu, dan aku memohon kepada-Mu sebagian karunia-Mu yang agung, karena sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedangkan aku tidak berkuasa, Engkau Mahatahu sedangkan aku tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib."
Dengan demikian karena Istikhoroh itu personal, sudah parang tentu hasilnya juga personal dalam artian kebaikan yand spesifik bagi yang mrlakukan sholat istokhoroh tersebut. Hal ini karens yang baik untuk A belum tentu baik bagi orang lain. Misalnya C adalah jodoh yang baik bagu A, belum tentu mrnjadi jodoh yang baij pula bagi B.
Seorang penceramah mungkin kehidupannya (maisyahnya) menjadi baik saat kepekikpinannya A, karena boleh jadi dengan pemimpin A, aktivitas dakwah betkembang ke arag entertainment, sehingga banyal tabligh tabligh akbar yang membutuhkannya. Tetapi tentu saja akan kurang baik jika pekumpinnya lebih menekankan kegiatan yang sesensial, yang sublim, yang lebih memhutuhkan keseriusan, ketebangan dan dai dai yang kuat ilmu alat dibanding pesona entertsinmentnya.
Bagaimana dengan proses kita memilih pemimpin ? Secara kasat mata kuta sudah dapat menilai dari berbagai adpek dari para kandidat. Dari kualitas diri, kepemimpinan keluarga, track record, kesalehan dll. Namun untuk memastian untuk mendapat pilihan terbaik bagi kita, tuntunan sebagai seirsng muslim adalah melskukan sholat istukhoroh.
Oleh karena itu, beristikhorohlah untuk pilihan kita masing masing. Jangan andalkan hasil isikhoroh pihak lain, karena sekali lagi, apa yang baik bagi orang lain belum tentu baik bagi diri kita sendiri. Apalagi dari pihak pihak yang sejak awal mekiliki kepentingan dengan pulihannya.
Hal ini daoat dipahami, karena ada oknum yang menysmpaikan pilihannya dengan alasan hasil istikhotoh, tetapi kita sudah tahu bahwa oknum tersrbut sejak awal nemang menyamoaikan pulihannya, "kita tunggu komando imam besar !". Penulis yakin pembaca memagakinya. Oleh karena itu wajar jika kemudian mengatur timing yang tepat, dan menyusun pblikasi yang akurat.
Agar kita tidak terjebak, mari untuk dapat memilih dengan tepat diantara dua pilihan, kita sholat istikhiroh masing masing. insya Allah dengan cara demikian, jika pilihan kita berbe beda, maka kita pun tetap bersama, kareba kebaikan yang kita pinta adalah kebaikan yang bersifat personal sebagaimana esensi doa sholat istikhoroh itu sendiri.
Selamar besistikhiroh saudaraku, selamat memilih Indonesia !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H