Lihat ke Halaman Asli

Neno Warisman Membaca Puisi Doa, Pamflet Politik atau Orasi Puitik?

Diperbarui: 26 Februari 2019   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penasaran untuk tidak terjebak memahami apa yang disampaikan Neno Warisman yang menjadi viral apakah itu puisi doa atau famplet politik, atau orasi pilitik yang diramu dalam bentuk puisi, penulis mencoba browsing dan ditemukan pembacaan puisi oleh Neno warisman dari TV Koppasandi.Penulis kurang tahu itu channel resmi pasangan Bosan atau bukan. 

Dari siaran TV Koppasandi , alur dapat dapat penulis temukan bahwa dari sekitar sembilan menit, hingga 02.10 , prolog (Ngecap), menggambarkan kemenangan yang dekat, 03.01 Doa jauh dari bala termasuk dari orang yang membenci dan kekuatan, 04.10, memohon jangan dijadikan penakut, dengan memamerkan "asal" kelahiran, '04.55 Kekuasaan Allah untuk menentukan, dan kohon kemenangan jika tidak dimenangkan khawatir tidak ada menyembah ALLah, yang kemyduan menhadi viral.

MOhon Pemimpin terbaik dengan pasukan terbaik, Negeri Adil Makmur (Kualis ?) 06.14, Mengejar nubuwah ke 2 (Nukannya La nabiya ba'dah ? 06.26 Mohon mohon atas kesewenangan. 

Bagi penulis, alur itu terasa muter muter kebOhongan, kepongahan, kedzaliman,dll (tuduhan kepd mereka) 07.24 mohon pasukan penolong terkait dengan persekusi, kriminalisasi dll, 07.55 bersholawat, 08.39 Keluarkan dari gelap untuk kepemimpinan Islami (?)

JIka mengambil pola wajar, maka tahapan prolog berisi terkait dengan pengakuan kelemahan diri (istighfar, pengakuan dalam kegelapan dan mohon diampuni dengan doa Adam AS, Yunus AS atau Musa As). 

Mohon kekuatan untuk perjuangan, dan terahir mohon dimenangkan (doa al Kahfi dll). Sebuah konstruk yang jelas dapat kita lihat dari "Doa" karya Chairil Anwar sebagai berikut :

Doa

Dari pemeluk Teguh

Dalam termangu/aku masih menyebut nama-Mu/walau susah sungguh/mengingat-Mu penuh seluruh/Cahya-Mu yang panas suci/Tinggal kerdip lilin dimalam sunyi/Tuhanku, aku mengembara di negeri asimg,/Aku hilang bentuk, Remuk !/Tuhanku, di pintu-Mu aku mengetuk/Aku tak bisa berpalin

Jika kita perhatikan, nampak bahwa baris 1 - 6 adalah pengauan diri Chairil Anwar tentang diriya yang dhaif, yang sangat sulit foks (khusyu dalam berdzikir (mengingat nama-Mu) sehingga Cahaya Allah, yang NurunAlan Nuur, Maha Cahaya, terasa hanya nyala kecil, tetapi sangat berarti. Baris ke 7 dan 8 mengungkapkan mengapa sampai hal itu terjadi, karena Chairil Anwar telah menjalani kehidupan yang asing, jauh dari nilai-nilai ilahiyah (pengakuan kesalahan) sehingga kehilangan jatidirinya sebagai makhluk yang fitrah.

Pada akhirnya Chairil Anwar memohon dengan sangat kepada Allah (bertaubat) karena dia sadar kita tidak bisa lari dari kekuasaan Allah. Doa yang pendek namun bernas. Jika kita amati komunikasi pada puisi Doa kaera Chairin Anwar namak hanya komunikasi kepada tuhan. Inilah makna doa yang srjatibya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline