Lihat ke Halaman Asli

Insiden Lyon Air Duka Kita Bersama

Diperbarui: 30 Oktober 2018   01:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Inna lillahi Wa inna ilaihi Roji'un, kita, bangsa Indonesia kembali berduka. Seperti kita ketahui bersama, telah diberitakan bahwa pesawat Lion Air JT 610 yang lepas landas pukul 06.10 WIB dari Bandara Soekarno-Hatta dengan rute Bandara Depati Amir di Pangkal-Pinang, Bangka Belitung. jatuh ke laut, di Perairan Tanjung Karawang sekitar 13 menis pasca lepas landas Pesawat naas tersebut tidak pernah sampai di Bandara Pangkal Pinang yang seharusnya dijadwalkan pukul 07.20 wib. Diketahu, sekitar 2-3 menit pasca take of, pilot meminta RTB (Return to Base). 

Pesawat dengan nomor penerbangan JT 610 itu mengangkut 189 orang dengan 178 penumpang dewasa, seorang anak, dan dua bayi. Pilot peswat naas ini adalah Bhavve . Terkait dengan sang pilot,berdasar  laman LinkedIn milik Bhavye, ia mulai bekerja di Lion Air sejak Maret 2011 --total 7 tahun 8 bulan dan 6.000 jam terbang. Sebelum bergabung dengan Lion Air, ia juga menjadi pilot peserta pelatihan (trainee pilot) di maskapai Emirates, Dubai, selama 4 bulan, yakni terhitung dari September hingga Desember 2010. 

Bahkan Sang Bhavve telah mendapatkan lisensi penerbangan dari Bel-Air International --sekolah penerbangan di San Carlos, California, Amerika Serikat, setelah bergabung pada 2007 hingga 2009. Diketahui pula bahwa salah seorang crew cabin  dari pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta - Pangkal Pinang, yang mengalami kecelakaan di Perairan Tanjung Karawangitu adalah pramugari   Alviani Hidayatul Solikha, yang baru bekerja sekitar dua bulan.

Sebagaimana dilansir oleh berbagai media, berdasarkan keterangan  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait dengan  kondisi cuaca sepanjang rute penerbangan pesawat Lion JT 160 hingga bandara tujuan dinyatakan  terpantau baik. "Sebelum pesawat terbang, BMKG menginformasikan kondisi prakiraan cuaca lengkap berdasarkan citra satelit, citra radar, maupun pengamatan cuaca bandara setempat menggunakan Automatic Weather Observation System (AWOS)

Kondisi awan  yang tumbuh di sekitar lokasi kejadian pada umumnya adalah awan Cumulus, bukan awan Cumulonimbus (Cb) yang membahayakan bagi penerbangan. Perlu diketahui, awan Cb dapat terbentuk lagi menjadi supersel, sebuah badai petir besar. Badai petir ini yang ditakuti para penerbang. ... Fenomena alam yang kerap terjadi akibat alam cumulonimbus antara lain timbulnya kilat (lightining) dan guntur (thundestorm), hujan lebat, angin kencang, bahkan bisa menimbulkan hujan..  

Tentu kita bertanya, JIka faktor eksternal sangat kondusif untuk terbang, apakah ada faktor internal yang dihadapi, sehingga  pilot meminta RTB (Return to Base) 2 - 3 menit pasca take of ? Kita sebaiknya tidak berspekulasi namun kita tunggu hasil pemeriksaan terjadinya peristiwa memilukan itu kepada ahlinya. Terkait denganpemberitaan  musibah ini, semoga kita tetap memiliki emphati yang mendalam terutama kepada seluruh keluarga yang mengalami musibah ini. 

Allah berfirman yang artinya Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allh; barang siapa yang beriman kepada Allh, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allh Maha Mengetahui segala sesuatu (Qs at-Taghbun/64:11):

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline