Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Mikroplastik Menambah Bukti Hipotesa Darwono

Diperbarui: 19 Maret 2018   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber gambar: tribunnews.com)

Masalah dampak pencemaran kembali mengemuka di tengah masyarakat kita setelah ditemukannya "butiran butiran" ukuran kecil dari plastik yang terurai yang dikenal dengan mikroplastik. Temuan mikroplastik dalam berbagai organisme yang dapat berlabuh ke tubuh manusia melalui rantai makanan dapat menjadi salah satu penguat "Teori Kehancuran Alam Raya Melalui Perspektif Biologi" , The Destruction of Universe Through Biologycal Perspective" yang telah penulis sampaikan sejak 12 tahun lalu.

Teori itu dilandasi oleh hipotesa terbentuknya "Giant Mutation Tube" , yakni terbentuknya atmosfir sebagai tabung mutasi raksasa akibat teremisinya berbagai polutans hasil aktivitas manusia ke atmosfir yang kemudian muncul green house effect, black hole, dan munculnya berbagai mutan yangmembahayakan kehidupan.

Fenomena Bleck Hole, lubang ozon, dimana ozon terurai akhibat ion-ion klorida hasil emisi CFC dari freon yang banyak digunakan dalam Air Condition (AC), adalah ancaman serius secara biologis sebab, melimpahnya sinar ultra violet ke atmisfir merupakan mutagent yang sangat dahsyat.

Sinar ultra violet ternyata juga berperan dalam pembentukan mikroplastik yang keberadaannya telah ditemukan pada organisme-organisme laut. Mikroplastik sendiri adalah partikel yang berasal dari luruhan plastik dan masuk ke lingkungan, khususnya perairan, akibat adanya sinar ultraviolet, arus, panas, dan bakteri. Hal itu membutuhkan proses lama, tergantung jenis polimernya, bisa 2 atau 10 tahun, bahkan lebih.

Sumber mikroplastik bukan hanya plastik berukuran besar. Justru sumber utamanya adalah partikel yang berasal dari pembersih muka, sabun, lulur mandi, atau pasta gigi. Sumber lainnya adalah debu ban, cat, dan serat sintetis dari tekstil yang tersebar lewat proses pencucian. Sangat nampak bahwa "ulah tangan manjusia" yang merupakan awal munculnya kehancran alam raya itu sendiri.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam "teori asal-usul kehidupan" dari teori evolusi, manusia menempati kedudukan sebagai puncak evolusi alam raya, dimana pada ahirnya manusia sebagai pengelaola (khalifah), maka pada "teori kehancuran alam Raya melalui perspektif biologi manusia adalah "inisiasi", atau start agent dari kehancuran alam raya itu sendiri. Hal ini dilandasi oleh keyakinan akan firman Allah SWT dalam al quran "

Artinya : "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), "Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (Q.S. Ar Rum (30) : 41-42

Mikroplastik dapat dikatakan sebagai salah satu faktor kehancuran alam raya dalam persp[ectif biolog hal ini terkait dengan fakta tentang keberadaan mikroplastik ini sangat mencengangkan, Sebanyak 159 sampel tersebut berasal dari delapan wilayah di lima benua. Termasuk Indonesia yaitu Jabodetabek, Indonesia (21) sampel air keran yang diambil dari lima negara tersebut, 83 persen di antaranya mengandung partikel serat plastik mikroskopis (mikroplastik) Dari 21 sampel yang berasal dari Iindonesia (per sampel rata-rata 500 mililiter) yang diambil, 76 persen di antaranya terkontaminasi mikroplastik.

Artinya, ada 1,9 mikroplastik pada tiap 500 mililiter air keran maupun air tanah. Sebagian besar responden yang diambil airnya sebagai sampel menyatakan air tersebut digunakan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, serta memandikan hewan peliharaan.

Menyangkut ukuran mikroplastik yang ditemukan , ternyata 99,7 persen berukuran 0,1-5 milimeter. Itu berarti ukurannya bisa lebih kecil ketimbang kutu rambut (Pulex irritans) atau plankton Sagitta setosa, yang tidak bakal kelihatan dengan mata telanjang. 

Sementara itu, Mary Kosuth, peneliti kesehatan lingkungan dari University of Minnesota, dalam studi berjudul "Synthetic Polymer Contamination in Global Drinking Water: Preliminary Report" menyatakan bahwa jumlah rata-rata per liternya mencapai 57 partikel atau sekitar 4,34 partikel per sampel air.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline