Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Pernikahan Senja

Diperbarui: 7 April 2017   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja bisikan kerinduan
Pada kicauan burung
semarak  bersahutan.
Senandungkan puji pujian 
Yaa Robbibi Mustofa 
Baligh maqosidana 
Waghfirlana mamadlo 
Ya wasi'al karomi
merajuk  rancak
Penuh cinta.

Lalu bulan menghijab malam
Saat bokor pancarkan nyala
Dan blencong pantulkan sinarnya
menghiasi  sudut kota tua
Dimana sinden dan nayaga alunkan tembang:
Turun Turun sintren beriring kendang
Dipimpin seorang kemlandang
Yang membisikan doa doa
Hingga kurunganpun bergerak  terbuka !
Lalu  sintren berjoget sempurna
Saat baris lirik kembange si Jaya Endra
Widadari temuruna mencapai caudanya

Malam pun berbisik
Karena dingin mengusik
Tak ada alun asmarandana
Hanya dendang dandang gula
menyelimuti malam pertama
Keheningan pernikahan senja
Tanpa kuade, tanpa ronce ronce
Hanya semerbak melati putih
Di altar  yang terbentang
Dari tempat akad terucap,
Hingga sajadah  imam shalat
dimana kaligrafi ayat ayat
Yang menghiasi putih dindingnya.

Dzikir yang bangkitkan witir
Mengalirkan cahaya surya
Mengusung embun dan bunga bunga
Memutar hari menabur hati
Pada tiap pagu waktu
menyinggung tiap katup jantung berdegup
Hingga nadi meredup surup




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline