Lihat ke Halaman Asli

Banjir, Langkah Nyata Habib Rizieq yang Perlu Dicontoh

Diperbarui: 23 Februari 2017   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jakarta banjir !  Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan oleh air yang disebabkan oleh banyak hal. Fenomena banjir  ahir ahir ini termasuk kategori bencana alam yang merugikan masyarakat dan pemerintak . Beberapa faktor yang mempengaruhi banjir berasal dari alam dan manusia sendiri. Faktor alam seperti gunung meletus misalnya, yang mengakibatkan banjir lahar. Sedangkan faktor lainnya seperti penebangan hutan liar misalnya, tak lain merupakan kesalahan dan keserakahan manusia sendiri.

Fakta bahwa banjir yang terjadi dewasa  ini memang dapat  dikategorikan sebagai bencana alam sebab banjir yang terjadi sangat merugikan masyarakat. Dari merusak bangunan tempat tinggal, mengganggu aktivitas sehari-hari hingga mendatangkan penyakit dan mendatangkan korban jiwa. Berdasar penyebabnya,  banjir dilihat dari penyebabnya terbagi menjadi beberapa jenis,  antara lain:  Banjir air, yakni  banjir yang sering sekali terjadi saat ini. Penyebab dari banjir ini adalah kondisi air yang meluap di beberapa tempat, seperti sungai, danau maupun selokan. Meluapnya air dari tempat-tempat tersebut yang biasanya menjadi tempat penampungan dan sirkulasinya membuat daratan yang ada di sekitarnya akan tergenang air. Banjir ini biasanya terjadi karena hujan yang begitu lama sehingga sungai, danau maupun selokan tidak lagi cukup untuk menampung semua air hujan tersebut. Jika air itu berasal dari hujan yang terjadi di daera hulu, banjir itu biasa dikenal dengan banjir kiriman.

Dominasi banjir Jakarta adalah banjir kiriman akhibat air dari beberapa kali meluap. Hal ini terkait dengan "penahanan air" di daerah hulu sangat berkurang akhibat rusaknya lingkungan di daerah hulu terutama oleh vegetasi penahan dengan akar nengular yang ditebang dan konversi perbukiranmenjadi "kebon villa" yang dimiliki oleh orang orang kaya terutama dari Jakarta. Sebagaimana kita ketahui bahwa hutan memiliki sifat vital sebagai tempat resapan air terbesar yang bisa diandalkan di muka bumi. Hujan yang mampu menyerap air tanah sehingga menjadi cadangan juga bagi manusia yang dialirkan melalui air tanah sangatlah penting untuk tetap dijaga keberlangsungannya.

Namun apabila  karena berbagai sebab seperti penebangan liar, konversi huta menjadi arean lain, dimana hutan menjadi rusak karena ulah tangan  pihak yang tidak bertanggung jawab, tentu hilanglah kemampuan untuk melakukan resapan air dalam jumlah besar dan mampu menyimpannya sebagai cadangan kebutuhan air. Dengan kondisi gundulnya hutan, maka peristiwa banjir tidak akan bisa terelakkan terutama di kawasan perkotaan yang sudah sangat jarang pepohonan, air hujan yang terjadi di daerah hulu akan langsung dikirim ke daerah muara, yang bisa saja mengahibatkan banjir. 

Problem ini bisa diatasi salah satunya dengan kembali menciptakan vegetesi hutan sebagai penahan air melalui reboisasi. Oleh karena itu tindakan nyata Hsbieb Rizieq bersama FPI nya menanam jutaan pohon di daerah hulu (Puncak) patut dicontoh oleh berbagai pihak yang menginginkan terkuranginya banjir kiriman di daerah muara seperti jakarta. Melihat karakteristik terjadinya banjir yang demikian maka untuk lingkungan Jakarta sangat tidak tepat hanya menggusur lingkungan kumuh di DAS, tetapi membiarkan pengrusakan hutan dengan berdirinya bangunan mewah di daerah resapan.

Langkah gubernur Jakarta selama  ini yang hanya  melakukan penggusuran bangunan kumuh di daerah aliran sungai dan membiarkan bangunan elit di wilayah resapan bagaikan pilih tebang tebu dalam mengatasi permasalahan, galak kepada rajyat kecil tak berkutik kepada kaum elit , apa lagi dengan reklamasi dimana daya tampung laut antara panta Jakarta dengan pulau pulau buatan semakin berkurang, artinga pulau hasil urugan akan menhadi penghalang luapan air Jakarta yang harusnya mengalir ke laut bebas. Pulau-pulau reklamasi seakan menjadi bendungan agar air tidak mengakir ke laut lepas. 

Jadi, untuk menangani banjir di  Jakarta kita memerlukan  gubernur yang dapat memotivasi semua pihak dalam mengatasi banjir ternasuk pemetintah daerah sekitar Jakarta. Juga gubernur yang anti reklamasi dan berani berhadapan dengan para cukong pemilik bangunan elit di daerah resapan.Tak mungkin itu semua dilakukan oleh gubernur yang memiliki problematik komunikasi yang kronis dan apalagi gubernur sebagai good boy nya para cukong.

Satu lagi yang perlu acungkan jempol kepada Habieb Rizieq dan FPI adalah dalam mengahadapi bencana banjir dan bencana lain, khususnya banjir di Jakarta, Habieb dan FPI tidak pernah menyalahkan siapapun, yang dilakukannya adalah langsung menyingsingkan lengan baju dan terjun membantu mereka yang membutuhkan bantuan. Bravo habieb Rizieq, Bravo FPI !. Yang ngomong doang, seharusnya bercermin diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline