Lihat ke Halaman Asli

Memahami Penolakan KH Ma'ruf Amin

Diperbarui: 4 Februari 2017   11:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai pemimpin, dalam ukuran duniawi, Firaun berhasil membangun negerinya dengan bangunan bangunan megah, khas keglanoran duniawi. Namun srmua itu ditujkan untuk memperkokoh kekuasaannya sehingga cengkeramannys sungguh mencabik cabik kemanusiaan. Untuk melanggengkan jekyadaannta, firaun menjalin persrkonhkolan dengan oknum oknum keamanan, konglemerat juga ulama-ulama syu yang dapat dikendalikan dengan harta, tahta dan wanita.  Dengan kecongkakannya Fir’aun menantang Tuhan, karena merasa hebat disokong oleh Haman, Tukang Sihir, dan Qorun. Haman adalah simbolisasi dan representasi para teknokrat, intelektual lacur bin kufur, ataupun ulama syuu.  Qorun adalah simbolisasi konglomerat, para cukong yang siap menggelontrkan kekayaannya demi mendapatkan keinginannya. 

Sedang Balam pengaman Firaun dengan kemampuan kekuatan  sihirnya untuk meredam kekuatan siapapun yang ingin melawan Firaun dapat saja merupakan  representasi media dan para jurnalis yang menjadi kekuatan era cyber war. . Firaun dengan tiga pilar penyangga kekuasaannya itu benar-benar keterlaluan dan melawan mereka yang menyampaikan kebenaran yang berlandas wahyu tuhan. Kepecundangannyapun tidak ketulungan. Hal ini bisa dilihat dari kejadian kekalahan para penyihir andalannya oleh mu’jizat nabi Musa AS.  Sudah tahu fakta bahwa kuasa Ilahi lebih maha tinggi dari kekuatan para penyihir elitnya dalam pengeroyokan terhadap Musa AS, Firaun justru menuduh penyihirnya itu bersekongkol.

Kecongkakan Firaun hanya berahir ketika dia bersama pengikutnya sudah ditenggelamkan di laut Merah dalam upaya mengejar dan ingin memysnahkan orang orang beriman yang setia mengikuti Musa AS untuk nenyelamatkan fan meneruskan amanah kerisalahan dari Sllah SWT. Itulah satu satunya  cara untuk melawan kesombongan dan kecongkakan penguasa penguasa dengan karakter Firaun, Firaunisme hanya bisa diakhiri dengan perlawanan dan penenggelaman firaunusme itu sendiri. 

Firaunisme dengan fondasi utama karakter syaithoniah, iblisiayah tepatnya yakni ketakaburan, kecongkakan dan kesombongan dengan segala tipu dayanya nsmpaknya tidak bisa dilawan dengan menunduk msnut, Dia bukan karakter batu karang yang ajab melunak ketika drngan sabar air diteteskan kepadanya perlahan dan kontinyu.  Firaunisme lebih tepat dimetaforkan srbagai batu berpenghisap dengan tentakel yang siap mrnjerat. Tetesan air bukanvajan melubangi dsn mrnghancurksnnya tetapi justru akan mrnjadi stimulus bagi timbuhnya kekuatannya. Kita selama ini gagal strategy dakam menghadapi Firaunisme, kekerasan dan kecingkajan dengan asumsi batu kerad yang statis, yang tidak punya daya tolak dan perlawanan.

Kasus Firaun maupun firaunisme dengan segala kecongkakan dan kesombongannya, rupanya perlu dihadapi sebagaimana dikatakan bahwa التكبر على المتكبر صدق Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah.”  Atau dalam keterangan yang lain dikatakan bahwa  التكبر على المتكبر حسنة Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah perbuatan baik.” Dalam kitab Bariqah Mahmudiyah dikatakan , “Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah, karena jika kita bersikap tawadhu di hadapan orang sombong maka itu akan menyebabkan dirinya terus-menerus berada dalam kesesatan. Namun, jika kita bersikap sombong maka dia akan sadar. 

Hal Ini sesuai dengan nasihat Imam Syafi’i, ‘Bersikaplah sombong kepada orang sombong sebanyak dua kali.’ Imam Az-Zuhri mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada pecinta dunia merupakan bagian ikatan Islam yang kokoh.’ Imam Yahya bin Mu’adz mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada orang yang bersikap sombong kepadamu, dengan hartanya, adalah termasuk bentuk ketawadhuan. Dengan pemahaman ini, maka penolakan KH Maruf Amin terhadap keinginan Ahok dapat dipahami bahwa Pak Kyai sedang bershodaqoh. Ahok sadar atau tidak tentu sangat tergantung pada karakter dirinya. 

Dengan konteks itu maka Pak KH Ma'ruf Amin menolak kedatangan Ahok  adalah sebuah keputusan sangat bijak nengingat umat sudah bertekad bulat pada satu simpulan bahwa Ahok menghina ulama. Bahkan Said Aqil Siraj sampai menekankankan kaum nahdliyin tidak memilih pemimpin yang memusuhi ulama. Apalagi kehadiran Ahok bertandang ke KH Ma'ruf Amin menurut hemat penulis jelas terkait satu kepentingan, mencari dukungan kaum Nahdliyin, mencari simpatik kepada jamaah mayoritas umat  Islam Indonesia, sebab jika terkait dengan sikapnya yang dinilai kuran pas, tentu Ahok tidak hanya datang ke Pak Kyai, tetapi kepada semua saksi sidang  kasus  penistaan agama yang menjadikannya sebagai terdakwa tunggal.

Hal ini bisa kita pahami, karena  Ahok juga menista para saksi. Seperti keepada Bunda Irena Handono yang juga disebut bohong, Habib Noval yang dibully dll. Bahkan di hadapan wanita kabah, Ahok.juga menegaskan kalau sejauh ini saksi adalah saksi palsu. Ahok secara sepihak menuduh para saksi muslim yang telah disumpah untuk memberikan kesaksian,  melakukan dosa besar, sebab salah satu dosa besar adalah saksi palsu.

Penolakan KH Maruf Amin secara bijak juga berarti  memberikan tarbiyah bahwa Ahok sesungguhnya tidak hanya bersalah kepada pak Kyai pribadi, tetapi bersalah kepada kaum muslimin Indonesia seluruhnya juga kaum muslimin se dunia karena pelecehannya kepada warosatun anbiya, bahkan kepada umat manusia sekuruhnya karena apa yang dilakukan oleh Ahok kepada Pak Kyai dan Para saksi lainnya, sekali lagi, juga saksi lainnya, adalah menginjak nginjak perikemanusiaan dan perikeadilan. Semoga menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline