Lihat ke Halaman Asli

Kenali, Edukasi dan Awasi Anak Kita dari Prostitusi Gay

Diperbarui: 5 September 2016   07:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Satu lagi muncul kepermukaan, berita memilukan, adanya prostitusi yang korbannya anak laki-laki usia 12 -15 yang dijadikan korban pelacuran untuk konsumsi pria gay dengan imbalan seratus ribu, padahal germonya menerima di atas satu juta rupiah. 

Sebagaimana telah diungkapkan oleh para ahli, bahwa korban pelecehan sejenis akan menjadi pecinta sejenis, maka dengan kasus-kasus pedophil homoseksual puluhan tahun lalu, saat ini korbannya sudah mencapai umur dalam kisaran 35 ke atas usia mapan yang secara sexual pada tahap-tahap mencapai puncaknya menahapi puber ke 2.

Jika hal itu terjadi di sekolah-sekolah elit maka para korban dari keluarga elit, dan sudah barang tentu mereka dalam kehidupan elit juga. Artinya, untuk menyalurkan kebutuhan biologis mereka, sangat memungkinkan mengeluarkan jutaan rupiah. Melacur lebih mereka pilih dari pada memelihara gemblak, tentu saja menyangkut sistem sosial yang tidak memungkinkan adanga “patron warok - gemblak”, ibarat kata, dari pada memelihara kambing, lebih enak beli sate langsung. 

Tentu saja konsumen prostitusi itu tidak terbatas pada “barisan para mantan  korban” tetapi juga mereka yang mengalami disorientasi sexual karena gaya hidup atau yang lainnya. Apalagi mengingat seakan korban pada kisaran umur tertentu, boleh jadi hal tersebut untuk memenuhi persyaratanan tertentu sebab untuk "ngelmu tertentu"  untuk berkuasa, kejayaan, kesuksesan, kanuragan dll, misalnya ada yang menysyaratkan darah keperawanan pernah terjadi di sekitar tahun 90 an, mungkin kali ini adalah untuk tujuan tertentu harus memenuhi syarat "darah keperjakaan". 

Jika tarif yang harus di bayar untuk sekali main di atas satu juta, tentu saja kemungkinan dilakukan oleh rakyat kebanyakan tidak memungkinkan. Kita bisa melihat, bahawa mereka juga menggunakan jasa germo, artinya memang mereka juga sangat menjaga privacy, dan sudah pasti germo juga mencari “korban-korban” yang jinak, dalam artian memang mau atau paling tidak ada kecenderungan menurut menghadapi para hidung belang gay itu. 

Ini berkonsekuensi pada dibutuhkannya daya cium germo yang kuat terhadap calon korban, artinya ara germo juga memiliki kecenderungan gay pada dirinya. dalam artian, untuk menangkap tikus ya hanya kucinglah yang lihai melakukannya. Oleh karena itu, pemahaman ciri-ciri kucing ini, dalam artian para germo gay itu perlu diketahui oelah para orang tua.

Ada sebuah penelitian tentang “Phonetic Cues in the Evaluation of Gay Male Speech in Canadian English and Québec French” yang dilakukan oleh Professor Charles Boberg 8 December 2003, diperoleh catatan diantaranya sebagai berikut :

Pertama, untuk bahasa Ingris, rerata pria straigt pitch range nya adalah 58.08 Hz dan rerata pria gay pitch range adalah 63.96 Hz. di perancis, rerata pria straight pitch range nya 88.68 Hz dan rerata pria gay pitch range nya 106.32 Hz. 2. Pria Straigt Inggris menggunakan rata rata frekuensi 117.24 Hz yang tidak signifikan lebih tinggi dari pria gay 111.40 Hz. 

Mungkin ciri-ciri ini sulit dipahami dilapangan, tanpa mengukur frekuensi suaranya. Namun dari sumber lain diperoleh informasi, bahwa satu hal yang menciri dalam berbicara (phonetic) yang membedakan "gay" dan pria straight adalah pada kaum gay cenderung menahan bunyi desis yang lebih lama, seperti "sssssssssssss" dan sejenisnya.

beberapa ciri - ciri gay dari berbagai sumber dapat dirangkum sebagai berikut :Dari ciri tubuh, kaum gay biasanya menjaga tubuh tetap atletis, berotot , karena bagi kaum gay otot yang menyembul di btubuh identik seperti wanita yang menonjolkan payudaranya. Semakin kencang dan besar otot-otot mereka, ia akan percaya diri, otot dijadikan daya tarik tersendiri.

Kedua, aroma wangi, disini bukan wangi bunga, tubuh gay memiliki wangi parfum yang eksotik, kaum gay sangat menjaga keharuman tubuhnya, terutama untuk menarik sesamanya. Bagi mereka wangi adalah segalanya.Ke tiga, pada umumnya pria gay memiliki tampang teduh, bila kita melihat dirinya seakan dia tak pernah memiliki beban kehidupan . Sorot matanya tajam, seakan matanya berbicara terutama jika instingnya telah menangkap obyek sejenisnya, mereka akan menatapnya dalam untuk mendapatkan respon dari obyeknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline