Lihat ke Halaman Asli

Politisi Cerdas Bukan Politisi Licik

Diperbarui: 27 Desember 2015   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih Baik

Sadarkah kita bahwa harga komoditas pangan, sandang dan papan, juga BBM bahkan kesejukan udara yang kita hirup untuk bernafas ditentukan melalui keputusan politik ?

Mungkin harga-harga selain Udara sudah bisa kita lihat dan sadari apakah udara juga ? Sudah barang tentu termasuk juga UDARA. Sebagai contoh konkrit dari bersihnya udara ditentukan melalui keputusan politik adalah pada kasus penentuan basas emisi karbondioksida misalnya. Penentuan emisi dilakukan melalui debat panjang. Contoh konkrit lain adalah asap yang telah membunuh beberapa warga akhibat hutan yang dibakar, izin pengelolaan hutan oleh perusahaan-perusahaan kroni rezim sebelumnya juga adalah hasil keputusan politik.

Oleh karena itu kita sangat perlu memiliki kecerdasan politik. Memang, depolitisasi orde baru selama berkuasa sungguh sangat luar biasa. Oleh karena itu sangat wajar, ketika para politisi yang saat ini muncul din panggung politik tidak memiliki kecerdasan politik yang kurang cukup, karena pada dasarnya mereka dibesarkan pada era "yang mengharamkan politik" untuk menguasai politik.

Korupsi, manipulasi, tindakan dusta, tidak amanah, sandiwara menunjukan kurangnya kecerdasan politik. Itu adalah tindakan-tindakan konyol dari politisi-politisi "dodol". sebab, sepandai pandai banaagkai dibungkus, ahirnya tercium juga.

Ketika seorang politisi telah terperangai melakukan tindakan-tindakan korup, manipulatif, kolutif, dusta dan amanah, pada hakekatnya dia telah menghairi perjalanan karier politiknya yang telah dirintis dengan berbagai pengorbanan segala sumber daya, seorang yang cerdas tidak mungkin melakukan hal tersebut. Politisi sejati akan menjaga diri dari segala hal yang mengakhibat bargaining politik dirinya terusak.

Sudah barang tentu dengan politisi yang kurang cerdas, yang menapaki karier politiknya melalui jalur karbitan karena didorong oleh nafsu berkuasa dan berbagai hayalan indah berpesta dengan tumpeng pembangunan. Maka perjalanan politiknya adalah transaksional sekedar berani mengeluarkan berapa untuk meraup pemasukan yang jauh berlipat. Inilah fenomena yang terjadi pada jagad perpolitikan kita. Dan, karena masyarakat juga telah mengalami depolitisasi luar biasa, keserdasan politik masyarakatpun mengalami defisiensi. Defisiensi kecerdasan politik masyarakat sangat nyata terindikasi pada fakta moneyn politik, dimana masyarakat dengan sukarela menjual masa depannya dengan harga yang sangat murah.

Politisi-politisi cerdas sudah barang tentu akan berpegang pada "Man daana Nafsahu wa 'amila limaa ba'da mautih" , akan menahan hawa nafsunya, dan berkarya untuk kehidupan sesudah mati. Politisi crdas tidak akan terseret pada godaan-godaan nafsu yang akan menggelincirkannya pada tindakan korup, manipulatif, dusta, tidak amanah dll.

Indonesia sangat membutuhkan politisi-politisi demikian, oleh karenanya, mari kita bersama-sama, bahu membahu mendidik diri kita maupun keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia untuk cerdas politik sehingga dapat memilih politisi cerdas pula dalam memberikan amanah kenegaraannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline