Lihat ke Halaman Asli

Ujian Nasional Tanpa Polisi

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ujian Nasional tanpa penjagaan ketat polisi secara menyolok (terang-terangan) merupakan pilihan yang bagus untuk menciptakan suasana ujian yang lebih nyaman. Ini bukan berarti peran aparat negara ini tidak dibutuhkan. Hal ini terkait dengan realitas dari tahun ke tahun semarak kebocoran terutama jual beli kunci jawaban terus berlangsung.

Untuk tahun ini, hal tersebut sudah terindikasi pada beberapa try out bersama. Uji coba Ujian Nasional tentu dimaksudkan untuk melihat kesiapan peserta didik dlm menghadapi UN. Hasil murni yang diperoleh menjadi landasan tindak lanjut persiapan untuk waktu yang tersisa. Sayang hal ini dirusak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dengan maraknya pembocoran try out. Selain merusak karakter peserta didik, tindakan tidak bertanggung jawab juga menghianati kerja sesama guru.

Bukan menjadi rahasia bahwa banyak siswa siwi kls. 12 SMA di Jakarta masuk ke suatu bimbel dengan motivasi agar mendapat Bocoran Jawaban UN. Apalagi setelah Nilai UN menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam SMPTN.

Bimbel yang diserbu juga bimbel dg keberanian bermain UN dengan dahsyat. Imbasnya, banyak peserta didik kelas 12 yang mengandalkan bocoran jawaban tersebut dan enggan mempersiapkan dengan serius.

Kebocoran jawaban juga sudah terjadi pada try out-tryout yang diselenggarakan bersama, baik rayon, kota atau profinsi. Mungkin sebagai test case kedahsyatan bocorannya.

Tentu hal ini sangat memukul guru-guru dan sekolah yang berkomitmen dengan kejujuran. Hari ini, hari ke tiga try out DKI, kebetulan penulis hari ini mendapat tugas mengawas, dan hari ini penulis dapat membuktikan apa yang dikeluhkan teman-teman pada 2 hari try out sebelumnya.

Dengan membaca body language, salah seorang peserta tertangkap membawa bocoran jawaban yang ditulis dalam kertas label yang telah ditempelkan di tubuhnya secara rapih dan tertangkap saat ditempelkan di kertas soal.

Dari penelusuran berita dari mulut ke mulut, ada dua pola pembocoran yang terjadi, yakni melalui oknum sekolah yang dapat mengakses gudang soal dimana soaal di pool, dan pola lainnya melalui oknum bimbel tertentu. Apa yang terjadi sesungguhnya memang harus di investigasi oleh pihak berwajib, yang jelas geger jual beli Jawaban UN dari tahun ke tahun harus dibuktikan keberadaannya sekaligus harus proses secara hukum yang berlaku.

Kembali pada bagian awal  tulisan ini, peran aparat kepolisian tetap diperlukan bukan dalam penjagaan ketat yang menyolok, tetapi lebih difokuskan pada operasi intelijen untuk memburu dan menyergap pelaku perusak mental generasi penerus itu. Penangkapan dan penindakan hukum oknum pembocor rahasian negara itu sangat penting untuk dijadikan warning agar ruang gerak oknum oknum itu ke depan dapat dibatasi.

Kita harus sadar bahwa meskipun peserta didik kita tidak bermaksud ingin melakukan tindak ketidak jujuran tetapi ketika godaan itu begitu datang  bertubi-tubi secara leluasa, maka semuanya dalam sekejap dapat berubah. Dan tugas kita semualah menjauhkan peserta didik kita dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline